Terereererereeettt .... :D *tes tes dicoba ngga usah didengerr :p
Do you know what? ~~>
sebenernya agak konyol merujuk pada sejarah muculnya tulisan ini... :D
Yap, curhatan yang terbit sebagai koran dini hari ini ku
tulis pada 15 Juni 2012, pada pukul 1.36 AM WIB. Ya, i hope i can make a WOW
for you #lebay! Hehehe :p
Tapi tulisan ini bukan sembarang tulisan. Bela2in nyalain
lepi padahal udah mau tidur nihh, mata juga udah setengah bergelayut manja pada
pembaringan hari (tempat tidur). Tapi ngga apa-apa, awalnya sih emang mau
disimpen buat ditulis besok, tapi takutnya ntar kabur lagi tuh si ide dan
wangsit yang udah namu di benak :D Sayang kan kalo ada ide bertamu malem2 gini
cuma dianggurin dan dibiarin mampir ajaa.. *backsound : Don’t You Wanna Stay :p
hahaahaa
Nah , jadi ceritanya berawal dari sebuah feeling yang tebuka
oleh semacam pintu hidayah. Jujur aja, akhir2 ini dan sudah cukup lamaaaa.. aku
ngerasa jauh dari Tuhan #ironis! Ngga tau kenapa rasanya aku cuma bener2
ngerasa ada feeling berdoa kalo mau makan aja. Maaf bukannya sombong, tapi
sebelumnya aku memang nggak seperti ini. Dan kemunduran kedekatan relasi sama
Tuhan ini juga perlahan mundurnya. Jadi aku juga makin samar untuk ‘sadar’ kalo
aku sekarang bener2 sukses jauuh dari Dia *hiksss >,< Berawal dari rasa nyaman sintetisku yang terlahir
ketika aku melewatkan jam2 doaku. Sebelum ini, aku memang menyediakan jam doa
tiap 3 jam. Bahkan sampe bikin alarm juga buat ingetin. Cukup ekstrim memang,
tapi aku bener2 damai dan terkendali ketika menjalani fase kehidupan yang ini.
Namun kemudian kemunduran pun memukulku secara perlahan. Mulai dari alarm yang
aku skip karena kendala waktu, secara
yaaa aku bukan manusia yang cuma tinggal di sebuah ruangan dan aktivitasnya
cuma nunggu jam doa :’) Dari situ aku mulai melonggarkan jam doaku. Tapi
justru akhirnya kebablasan! Saking longgarnya aku mulai buta hati. Aku merasa
nyaman, padahal sebenernya nggak. Ada perasaan kurang, tapi manusiawi ku mulai
bebal untuk mengakui kejauhanku dari Tuhan. Kemudian kemunduran ini terus
berlanjut secara signifikan ketika kemudian aku menghilangkan aktivitas doa
dini hari atau doa pukul 12 malamku. Yang ini bener2 kelewat parah. Dan lagi2
ini hanya berakhir pada sebatas perasaan ‘seharusnya’ dan seolah2 hanya jadi
idealisme spontanitas. Terkadang aku merasa bersalah, tapi kemudian aku
mengeluarkan sejuta kompensasi dan dispensasi dan mencurangi komitmenku sendiri
#tsaaahhh >,< Dari sini juga sebeanranya Tuhan pengen aku
belajar untuk menjadi orang dewasa yang bisa menghargai komitmen ku sendiri dan
konsisten tanpa memanjakan diri sendiri. Karena diakui atau tidak, ketika kita
mengingkari komitmen, atau melemahkannya dan menciptakan celah untuk kita
sendiri melaggarnya, itu tidak beda halnya dengan menanam bom waktu bagi hari
esok kita. See? Awalnya aku cuma
sekedar skip2 hal sepele, sampe
akhirnya aku berani memangkas kebiasaan baik (_ _”)
so sorry God!
Kembali ke dimensi waktu—saat ini, ketika aku hendak tidur, biasanya aku
hanya menghidupkan MP3 dan menunda doa sebelum tidur dengan alibi ‘pasal
ketiduran’, atau doanya malam sebelum tidur, trus aminnya pagi hari pas bangun
tidur... #gubraaakk >,<
Padahal sebenernya itu salahku. Aku
membiarku diriku terjerat ngantuk karena lagu2 MP3 daripada memilih untuk
mengakhiri hari dengan berdoa terlebih dulu. Issshhh... rasanya salah banget
ngingetnya :’(( Tapi malam ini berbeda, tiba2 aku ngerasa kalo aku pengen
banget berdoa. Ajaibnya, dari awal aku udah bergumam dalam hati, ‘yaudahlah doa
mau tidur ngga usah panjang2 juga nggak apa2’, namun kemudian doa sebelum tidur
yang pada awalnya terkesan direncanakan dan hanya sebagai obat penghilang rasa
bersalah, malah menjadi doa yang menurutku nggak biasa. Dan puji Tuhannya, aku
malah ngerasa terharu ketika aku ngerasa Tuhan bicara sesuatu padaku! Thanks God! :’)
Pas berdoa, aku merasa nggak banyak kata2, curhatan,
keluhan, atau permintaan ini itu yang biasanya bikin doaku jadi panjang, aku
justru semacam ngerasa ada yang Tuhan katakan. Itu adalah waktu Tuhan
berbicara, dan aku ngerasa cuma pengen diem dengerin. Kali ini semoga aku nggak
keGRan ya.. ;))
Tapi memang akhir2 ini aku galau tentang kuliah semester
depanku. Aku bingung apakah harus cuti dan menjalani hidup sebagai tahap
lanjutan sekolah akting kemarin atau keep
going on buat berkutat sama dunia HI yang disadari atau tidak sudah banyak
mencuri hatiku juga. Aku bingung antara memilih dunia HI atau dunia baru di
luar sana yang Tuhan kasih lewat kesempatan yang dibukanya beberapa waktu lalu.
Masing2 punya sisi yang membuat aku sangat sulit untuk memilih, parahnya, aku
suka keduanya, dan parahnya lagi, aku menjadi tokoh yang tamak kali ini! Damn! aku suka keduanya dan pengen
menjalani keduanya tanpa harus ngorbanin salah satu. Dan damn lagi adalah ketika faktanya aku harus milih, karena hidup kan
juga tentang pilihan, rite? Lalu
poinnya di sini adalah, aku ngerasa Tuhan mulai menguatkan aku pada salah satu
sisi yang akan ku pilih. Awalnya aku sangat takut membuat pilihan hingga
menjerumuskan aku untuk membiarkan orang2 di sekitarku mempengaruhi keteguhan
hatiku dan membuat diriku akhirnya terombang ambing. Bersyukurnya, malam ini
aku merasa bahwa ada celah harapan lewat sebuah doa sebelum tidur. Jadi pas
berdoa, tiba2 aku teringat pada pergumulanku tentang pilihan ini, dan justru aku
inget tentang sebuah games yang berjudul The
Game of Life. Di permainan favoritku itu, aku pikir cukup bisa
merepresentasikan hidupku yang sesungguhnya juga. Dalam hidup, kita bisa
memilih alur mana yang akan kita lalui. Nah, memilih ini bisa membuat orang
takut membuat keputusan adalah ketika takut bahwa ia akan salah memilih atau
pilihannya itu tidak mendatangkan kebaikan bagi hidupnya. Nah, dari sini sebuah
wahyu dibisikkan dengan lembut padaku, bahwa aku sebenernya tidak perlu takut
memilih, seperti permainan itu, ketika kita akan ‘bermain’ dalam panggung
kehidupan yang Tuhan percayakan, kita harus menentukan alur yang akan kita
pilih, dan kita harus memilih beberapa opsi yang diajukan Tuhan. Sama halnya
lagi dengan kehidupan, mungkin saat ini ada dua opsi yang membuat aku bingung
harus memilih mana. Alasannya adalah aku takut pilihanku salah dan kemudian
berakhir pada masa depan yang tidak cemerlang. Padahal, aku sendiri harusnya tahu
bahwa Tuhan sudah memberikan hari depan yang cerah, dia nggak pernah bikin
rancangan kecelakaan, bahwa setiap anakNya akan terus naik dan bukan turun,
setiap anakNya akan menjadi kepala dan bukan ekor. Maka dari situ aku mulai
merasa bahwa apapun pilihan yang akan aku ambil, haruslah aku yakini. Karena
keberhasilan dalam menjatuhkan pilihan bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan. I mean, sehebat2nya kita dalam membuat
pilihan yang pada akhirnya akan menghantar kita pada kesuksesan, bukan
tergantung pada ‘apa’ yang kita pilih atau seberapa hebat kita bisa membaca
situasi sehingga bisa membuat pilihan yang tepat! Karena sesungguhnya, yang
membuat kita bisa menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang tepat untuk masa depan
kita atau berhasil memilih untuk kebaikan kita, itu ditentukan oleh seberapa
kuat kita mau melibatkan Tuhan dalam setiap pilihan yang kita buat. Kalo
merujuk ke games tadi nih, semisal ketika kita memilih bermain pada track atau
opsi alur A, atau B, atau C, semua itu sama ajaa! Semua sama2 punya
keberuntungan, tantangan, kesusahan, bonus, dan kesenangan yang sama. Yang
membedakan hanyalah letak hal2 yang berkenaan dengan hidup tersebut. Maka,
apakah aku akan memilih untuk melanjutkan kuliah atau cuti, sebenernya bukan
itu yang menentukan kesuksesanku di masa depan. Karena Tuhanpun nggak pernah
gagal dalam merancang kehidupan anaknya, bukan? Dia Allah yang selalu punya
cara dan tanganNya tak akan pernah terlambat menolong! :’)) Nah,
ketika aku berpikir, ‘ah, jangan2 aku gagal di dunia entertain! Dan aku lebih
cocok di dunia HI’ atau aku berpikir dan takut kalo aku akan menyesal ketika
ternyata sebenernya masa depanku ada di dunia entertain dan bukan di dunia HI,
dan aku menyesal karena telah melewatkan kesempatan dengan tidak mengambil
cuti. Sebenernya, sungguh, bukan itu!!!! Apapun pilihanku, keduanya sama2 punya
konsekuensi, keduanya sama2 punya kebahagiaan dan tantangan yang harus aku
hadapi ketika aku memilihnya nanti. Hanya mungkin letak kebahagiaan dan
tantangan itu akan ditaruh Tuhan pada kotak2 kehidupan yang berbeda. Tapi yang
pasti, masa depan cerah sudah menantiku, dan sekali lagi ; bahwa pilihan tepat
untuk masa depan cemerlang dan kesuksesan bukan bergantung pada ‘apa’ yang kita
pilih dan seberapa hebat kita sebagai manusia yang pandai memilih, tapi
kesuksesan atas sebuah pilihan adalah tergantung pada seberapa kuat kita mau
melibatkan Tuhan dalam setiap pilihan yang kita ambil! :') thanks banyak Jesus buat apa
yang sudah Kau bagikan padaku dini hari ini! Nggak terasa, tulisan ini bener2
jadi koran dini hari. Maka seyogyanya memang ku akhiri sajaaa karena ini sudah
pukul 2.16 #nguap selebar kuda nil :O :D
Thanks Jesus... selamat memelukku dalam lelap, Bapa =))
Tetap semangaaattt buat siapa aja yang saat ini juga mungkin
sedang galau mendayung di antara dua karang, dan lagi nyesek di antara dua
pilihan ;)) yang pasti kesuksesan itu milik Tuhan yang akan dilimpahkan Tuhan
pada kita ketika kita senantiasa mengandalkan Dia dan mendekat padaNya. Keterlibatan
Tuhan dalam setiap pilihan adalah kesuksesan yang sesungguhnya :3 Keep 3F
(Faith, Fire, and Fight! ) yeyeyeyeee lalalaaaa :*
Tertanda,
Zipora yang mengasihimu ;)