"If Only"
Kedengerannya nyesel ya? Iya.
:’)
Kadang aku nggak habis pikir sama hidup ini. Setauku ini semua
hanya seperti siklus yang melelahkan. Setauku juga, di dalam siklus itu juga aku
selalu bekutat pada lingkaran yang salah untuk punya perasaan bodoh semacam
ini. Tergila-gila pada orang yang entah kenapa, bisa dikatakan salah atau lebih
tepatnya ‘tidak seharusnya’! Aku punya segudang teman lucu, baik, bodoh,
pintar, suka berdebat, suka olahraga, kritis, jorok, kasar, pelit, cool, perhatian dan seiman. Tapi kenapa
dari sekian banyak kategori, seandainya aku memilih, tidak ada seorangpun yang
bisa membuat aku segila ini?! Justru kegilaan itu sumbernya dari kamu! Iya,
kamu, Triton, Putra Poseidon, kakak tingkat yang hanya karena ia mengangkat
tangan untuk melontarkan pertanyaan dalam sebuah diskusi sekolah diplomat- langsung
mencuri perhatian, dan manusia yang belum ada sebulan ini aku berhasil
mendapatkan pin BBnya.
Aku tidak tahu kesalahan ada di pihak mana dan bersumber
dari siapa. Atau bahkan aku tidak tahu apakah ini benar bisa dikatakan sebagai sebuah
kesalahan atau bukan. Yang aku tahu, akhir-akhir ini - seolah semesta memberikan
jalan untuk ‘perhatian’ yang pernah tersita tahun 2011 lalu, untuk kembali muncul
ke permukaan, dan kembali tersita tentunya!
Kamu memang sebenarnya tidak perlu tau betapa gilanya aku
setiap hari, yang ingin selalu tau apa yang kamu lakukan, bagaimana harimu, apa
saja yang kamu alami. Kemudian aku harus mencukupkan diri hanya dengan melongok
timeline twittermu. Atau kemudian
jika aku berani mengabaikan tantangan sakit perut dan pusing mendadak, aku
memberanikan untuk memulai obrolan di BBM. Ini harus selalu ditebus dengan
gelisah tak terjelaskan, antara takut dan senang. Aku senang karena aku bisa
menikmati setiap cerita yang kamu bagikan. Dan aku selalu takut dari usainya
semua itu. Bagaimanapun aku harus tahu diri. J
Tentu kamu juga tidak pernah tahu bahwa di sisi lain aku
selalu menyesal dan membenci diriku sendiri. Kenapa aku harus melonjak senang
ketika kamu membalas BBM, tapi juga kemudian gusar karena aku selalu mengawali
semua obrolah kita. (Seingatku hanya ada satu topik dimana kamu memulai lebih
dulu – tentang nama – dan betapa semakin gila aku setelahnya!) Yayaya, apalagi
jika bukan ‘aku harus tau diri’ dan ‘siape gue siape lo’. Setidaknya 2
kalimat itu yang selalu mengkompensasi kegusaran untuk rasa lelah menjadi pihak
yang seolah harus mengejar. Maaf, aku tidak pernah bermaksud mengejar. Aku hanya
ingin tau banyak tentangmu. Konyol? Memang.
Tentunya kamu juga tidak tau bahwa hingga detik aku mengetik
huruf-huruf ini, aku sangat senang karena sudah memiliki 48 foto Triton. Fotomu.
Foto yang terakhir aku simpan ‘diam-diam’ (jika tidak ingin dikatakan mencuri),
mungkin foto yang diambil di waterboom.
Ya, hari ini kamu menikmati water day,
kan? Hahaha. Seharian ini juga aku terus mengintip Recent Updates di BBM. Berharap bisa menemukanmu membuat status
atau sekedar mengganti display picture.
Untuk mengalihkan perhatian karena gilaku atas candu
perasaan ini, hari ini aku juga mengontak semua teman-teman facebook, twitter, dan BBM. Untuk apa? Tentu saja untuk bertanya pada mereka,
satu-persatu dengan mengirimkan pesan yang sama;
“Pagi, (A / B/ C/ Beli/ Mbok), boleh nanya dong, tau tempat jual leg rope second (yang bagus tapi harga bersahabat) di sekitar Badung, nggak? Please infonya ya kalo tau. Makasih :D”
Malam sebelumnya, aku membuat broadcast message yang dengan hati-hati aku kirim ke setiap kontak
BBM yang telah aku pilah, untuk memastikan bukan kamu atau orang yang
berpotensi membaca status twittermu tentang leg
rope Triton. Belum cukup disitu, entah dimana ujungnya, yang jelas aku juga
merasa konyol ketika kemudian aku mulai mencari informasi di internet. Aku menemukan
salah satu website yang menjual leg rope dengan
diskon yang sangat besar, meskipun itu bukan Rip Curl seperti yang awalnya kamu buru. Tapi menurutku, setidaknya
ini lebih baik daripada kamu harus membeli secondhand
stuff. Dan konyolnya lagi, tiba-tiba aku ngeri ketika membayangkan kamu
salah membeli leg rope yang justru
kemudian membahayakanmu. Pada akhirnya aku ragu untuk menunjukkan hasil
pencarianku hari ini untuk Tritonmu.
Damn, i hate to be
like this. I do hate these madness thogh I always enjoy every stupidity that i
did from those madness.
Kamu. Rasanya tidak mungkin, dan rasanya tidak seharusnya
aku seperti ini. Aku berharap bisa mundur perlahan (atau secepatnya) atas
perasaan ini ketika aku berpikir bahwa kamu masih mencintai dia. The last girl you date. Atau, kamu masih
punya kenangan tidak mengenakkan tentang dia dan hubungan kalian. Aku dengar
kalian sudah putus. Tapi sepertinya kamu masih menyimpan banyak hal dari
hubungan kalian. Aku tidak tau ini insting, intuisi, atau ngawurising dan sotoyisi.
Tapi ini hasil kesimpulanku dari pengamatan rutin pada timeline twittermu. Asal tau
saja, aku berharap semua ini salah. :’) Secara implisit kamu menulis status
yang tentu masih berbau isi hatimu atas dia, pacarmu entah mantan pacarmu. Aku berani
menyimpulkan pengalaman tidak mengenakkan itu juga dari kesarkasanmu yang
tersirat pada status twitter yang menunjukkan tuduhan negatif untuk istri masa
depanmu. Kalimat :
“Wondering...Kalo aku ntar pas udah nikah trus mati, kecelakaan gitu, istriku bakal gimana ya...”
KEMUDIAN...
“Paling ketawa ngakak terus nyari suami baru...*snort”
Keduanya seolah sama-sama menyiratkan ketidakpercayaanmu
pada keberadaan kasih tulus yang akan dianugerahkan buatmu kelak. Ironis! Entah
bodoh atau konyol. Mana ada seorang istri ditinggal mati suaminya dan kemudian
melakukan hal setidakmanusiawi itu. Seandainya aku punya kapasitas untuk
mengingatkanmu bahwa ketika kamu disakiti oleh seseorang, bukan berarti semua
makhluk yang hidup di muka bumi ini dan disebut orang, akan menyakitimu. Tapi aku
sendiri merasa berpotensi mendapat efek mirror
image jika seandainya aku benar bisa mengatakan itu padamu. Faktanya aku
pernah berada di posisi itu.
Intinya, aku tidak tau darimana semua kegilaan, kekonyolan,
dan keanehan ini berasal, dan bagaimana serta kapan aku harus mengakhirinya. Yang
pasti aku bersyukur meskipun semua rasa berharga ini harus disimpan dalam gema
kesunyian :’)
Yang pasti juga, aku tidak berharap lagu sialan ini
benar-benar terjadi di hidupku!
I thought it wasn't wrong, To hide from you, Simple
truth.
I was scared, I felt it all along, But it hurt to much for me, to share.
If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to. If Only I, could change your mind,
If Only I had known, If Only I had you...
Finally understand, Why things have happened, And how it all could go so wrong.
Will this pain ever end? 'cause I don't think I can carry on.
If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to.
If Only I, could have spoke my mind, If Only it were true, We could start brand-new
I know I'll make it through
If Only I had you
If Only I had you
"IF ONLY"....