Senin, 30 Desember 2013

A Relationship

Yang namanya jomblo itu beda sama single. Yang nggak setuju nggak perlu lanjutin bacanya. Hahaha

Jadi tulisan ini bermula dari pemberontakan hati kecil atas tuduhan-tuduhan miring yang akhir-akhir ini sering aku terima. Nggak cuma kado natal, tapi juga hinaan yang aku hadapi dengan cukup santai karena aku yakin itu bukan kenyataan. Bermula dari acara kumpul natal keluarga besar, kemudian tragedi pembullyan oleh para sepupu, pelabelan dan statusisasi "jomblo" dengan sadisnya, hingga tawaran pacar yang berpotensi menewaskan kepercayaan diri seorang single. Hey, I'm not that desperate. Thanks!
Aku setuju sama sebuah statement yang pernah aku baca tentang pembedaan jomblo dan single. Salah satu yang paling membekas di ingatan adalah "Jomblo: jadian sama siapa aja, yang penting orang | Single: Jadian harus sama orang penting."
Mungkin faktanya nggak seekstrim itu. Tapi... ah, ya gitulah, I do hope you know what I mean :D
Jadi intinya, kenapa harus buru-buru in relationship hanya karena cercaan sebagai jomblo yang diterimakan? Kalo kita yakin kesendirian ini adalah masa-masa single yang indah, you can change the world's point of view! Why not? Hahaha
Ngomong-ngomong tentang in relationship, nggak jauh-jauh sama yang namanya move on. Biasanya fase single merupakan masa tenggang antara done relationship dan move on. Banyak kasus sih gitu. Jadi single itu bukan berarti nggak laku. Malah aku pernah denger juga sebuah argumen bagus yang bilang kalo "Yang jelek itu biasanya lebih gampang punya pacar". No offense, tapi cukup berbasis fakta empiris yang sering dijumpai di lapangan. Bukan berati kita harus sengaja nggak punya pacar biar nggak dikatain jelek ya :D
Nah, tapi ini juga kemudian menjadi sebuah dukungan bagi para single yang sebenernya memilih untuk menjadi single. Well, meskipun kadang ada juga yang sebenernya udah pengen punya pacar, tapi mereka tetep enjoy sebelum akhirnya menemukan the right one versi masing-masing. Para single ini menurutku adalah mereka yang merupakan spesies keren. Being single is better than a wrong relationship. Yup bener banget, karena memang single itu nggak lebih buruk dari wrong relationship. Buat apa maksain statusisasi in relationship kalo ternyata cuma buat biar dikata laku, keliatan keren, kemana-mana ada temennya, dll dll. Dan buat apa buru-buru pengen move on instan demi sebuah hubungan baru yang ternyata malah berpotensi jatuh lagi (karena ngebut itu berpeluang besar buat celaka di jalan) :)
Poinnya bukan berarti in relationship itu salah, tapi selama seseorang itu sadar bahwa sebuah hubungan itu memakan proses (kalau mau instan sih bikin mie aja), maka semakin besar seseorang tersebut bisa membangun hubungan yang nggak asal-asalan. Terinspirasi dari proses fermentasi anggur, buat jadi anggur berkualitas, prosesnya nggak kejar tayang. Mulai dari bibit yang diharapkan bisa jadi anggur yang bisa ada di sebuah gelas dan berlabel mahal, butuh waktu, kerja keras, dan usaha. Begitu juga suatu hubungan. Just an opinion sih, tapi intinya yang penting jangan asal-asalan membangun sebuah hubungan kalo itu hanya demi menghindari kumandang status single. Dan untuk menjadi single yang baik, jangan biarkan bullyan alam sekitar menjatuhkan keyakinan bahwa kamu adalah single dan bukan jomblo. Hahaha ;)
Hidup Single!! Enjoy the process, keep thinking positively :3


Ini adalah inti dari tulisan kali ini, sekaligus mau pamer hasil jepretan iseng dan text adding ala kadarnya. Semoga bisa menguatkan iman para single dimanapun berada. Mumumu.... :D



p.s. Unsur muatan tulisan hanyalah berasal dari dunia saya yang absurd. Baik foto maupun substansi tulisan. Harap maklum. Sekian dan terima sumbangan :*




Minggu, 29 Desember 2013

Just Nice To Meet You...

Katanya orang cenderung enggan membaca buku yang sama dan sudah pernah dibaca, atau menonton film yang sudah pernah ditontonnya, dan mentertawakan kembali lelucon yang sudah pernah didengarnya.
Hari ini aku berharap bisa jadi orang berjenis demikian. Tapi rasanya kurang cukup berhasil.

Berawal dari surprise akhir tahun dari Tuhan, dimana papa diundang buat pelayanan di suatu gereja yang denger namanya aja- aku udah tahu akan seperti apa seandainya aku benar-benar mengunjungi gereja itu. Dan aku semakin yakin bahwa Tuhan itu humoris. Mau nggak mau, aku harus nahan gemeter, suhu tubuh mendadak turun, dan berusaha terlihat sewajar mungkin waktu aku tahu kalo ini bukan mimpi malam natal. Aku bener-bener datang ke suatu tempat yang ngingetin sama eksistensi satu makhluk yang nggak bisa disangkal keberadaannya, yang pernah bener-bener bikin aku semangat sekolah, semangat masuk SMA favorit, sekaligus galau karena ditinggal ngilang-ngilang sampe akhirnya ga pernah ketemu sejak bertahun-tahun lalu. HAHAHA!
Berasa diterbangin angin kenceng ke suatu dimensi ruang dan waktu yang selama ini udah berusaha aku lupain. Dimensi ruang dan waktu dimana aku diem-diem suka sama temen sekelas, sampe akhirnya harus ngeliat dia sama orang lain. Hahaha, at least today was not that day.
Intinya, hari ini aku bisa belajar kalo emang Tuhan itu selalu punya cara buat segala hal. Aku memang nggak berniat buat kembali ke feeling yang dulu. Tapi meskipun hari ini aku berharap logikaku bekerja seratus kali lipat lebih aktif, tapi nggak bisa disangkal kalo niatku sejak semalem nggak terlalu berhasil. I just wanna make him feel “If the chain is on my door, you should understand”
Cukup aku dan Tuhan yang tau betapa cukup menyiksa menahan grogi luar biasa sebelum akhirnya aku harus senyum dan menunjukkan bahwa aku baik-baik saja saat disapa. Dan cukup aku dan Tuhan yang tahu saat aku masih terlonjak senang bukan kepalang ketika mendengar nada yang sama pada kata “Zipo”, gembira luar biasa ketika akhirnya dia mengirimkan pesan setelah acara gereja selesai, sakit perut ketika dia bertanya “Mungkin cuma perasaanku atau emang iya, tapi tiap ngomong sama kamu kok kamu ga liat mukaku ya? Bener ga? Hehe”


Iya, bener. Aku selalu nggak bisa. Dari dulu. Dan harusnya kamu tahu. Tapi yasudahlah. Just nice to meet you today...




Selasa, 05 November 2013

NOVEMBRE'

Halo, blog! Lama ya nggak ketemu.Hahaha Aku baru selesai sok sibuk nih. Banyak cerita sejauh ini, tapi aku ceritainnya ke laporan magang. Hehe, jangan jeles ya, Blog J
Roller Coaster yang aku naikin sejak Juli? Sejak aku nggak pernah nyambangin kamu? Banyak. Banyak penambahan dan pengurangan dalam diriku loh. Haha Isn’t that cool enough? Nggak kerasa sekarang aku fixed jadi mahasiswa tua. Pantes aja kemarin sempet galau mau balik ke Malang. Aku ngerasa diusik lagi. Aku ngerasa nggak mau ‘ngerasain’ tua. Aku ngerasa udah nyaman sama kehidupan sebelumnya. Aku ngerasa peraturan kampus itu aneh. Aku ngerasa dan aku mikir kalo aku cukup gila kalo sampe nggak mau balik ke kampus :D

So sad to be honest, kadang yang aku ngerasa lucu dari hidup ini, manusia, kayaknya memang tercipta sebagai makhluk pencari yang harus menemukan dan meninggalkan ketika sudah menemukan. Ya, kalopun nggak semua manusia mengalami itu, at least aku satu-satunya manusia yang ngerasa itu. Sering kita dipaksa (hingga kemudia terbiasa) nyaman pada suatu kondisi, dan setelahnya kita harus tinggalin itu semua. Ya mungkin statement ini merupakan bagian dari ketidakikhlasanku buat harus balik ke kampus setelah apa yang aku nikmati akhir-akhir ini.
Awalnya, aku harus magang, meninggalkan zona nyaman di kampus bareng temen-temen. Kemudian harus terjun ke dunia kerja yang aku bayangin enak tapi bakal penuh tekanan. Dan diakui atau tidak sebenernya aku males waktu harus berangkat magang. Tapi bersyukur Tuhan kasih aku semangat dengan tempat magang yang oke lah ya. Aku inget banget 1 bulan pertama aku magang dan masih bener-bener nggak habis pikir sama kondisi yang harus aku senangi. Apa yang bisa disenangi dari lalu lintas freak dan 1000% bikin ilfil dan ilang semangat ngantor, lingkungan kantor yang isinya orang2 tua dan aku berasa anak kecil yang main2 di tempat yang nggak seharusnya, jauh dari keluarga, dan nggak ada temen? Pada titik itu, aku harus seneng dan beradaptasi sama semua kondisi yang terhampar. Aku memang seneng sama kegiatan kantor, tapi lingkungan, kondisi lain-lain (terutama lalu lintas), justru hal sepele itu yang selalu sukses bikin mood baik jadi melayang sebelum sempet sampe kantor. Beruntung rekan kerja juga baik-baik walaupun mereka tua-tua K
Tapi aku inget kebaikan Tuhan. Waktu aku berusaha adaptasi dan secara total seneng sama semua kondisi di sana, seorang temen baru dikirim jauh-jauh dari Madrid. Dia calon Ph. D yang keterlaluan cool menurutku. Dia lagi diundang penelitian sama pihak kedubes India. Sosok inspiring deh. Pengalamannya yang banyak bikin dia sukses jadi kakak perempuan idaman yang nunjukkin banyak hal, nemenin jalan-jalan,berbagi ini itu. Sampe akhirnya aku betah di tempat magang dan Jakarta seutuhnya. Sayangnya waktuku tinggal dua minggu sebelum akhir Agustus- yang artinya magangku udah hampir selesai. *sigh* Jadi aku harus pergi setelah aku udah betah gitu? Ya, itulah hidup. Kadang fakta kedengeran nggak jauh beda sama lawakan. Tapi emang anugerah itu nggak pernah habis. Tepat seminggu sebelum jadwal magang selesai, aku ingetin kepala kantor kalo minggu depan adalah minggu terakhirku. Dan tiga hari setelahnya aku dipanggil beliau. Freaking surprised! Awalnya beliau nanya apa kesibukan setelah balik nanti. Aku jelasin bakal nyelesaiin report dan skripsi. Dan beliau tanya apa aku harus setiap hari ke kampus. Off course, no. Jadi akhirnya aku ditawarin kerja di sana. Setelah aku bilang aku nggak bisa kelamaan karena itu aturan dari kampus, beliau tawarkan jalan tengah kalo aku bisa nyoba kerja di sana sampe akhir oktober. Sebenernya ditawarin pun udah cukup bikin terbang ngawang, tapi ternyata Mr. Gupta, kepala kantor itu bilang kalo aku bakal terhitung sebagai local staff dan digaji sejak September sampe Oktober. Aku dikasih kesempatan terlibat di 2 kepanitiaan besar, Perayaan 100 Tahun Sinema India dan Kunjungan Perdana Menteri India, yang bahkan nggak semua staff lama dilibatkan. Intinya, aku menikmati semua kehidupanku di sana. Kehidupan yang lebih mandiri (mentally and financial), kehidupan kerja yang ngajarin banyak hal, nggak cuma hardskill tapi juga softskill. Masih inget banget gimana kadang unsatisfiednya ngelakuin sesuatu dengan nggak sepikiran cuma karena beda latar belakang budaya sama partner kerja. Tapi aku bener-bener suka semua itu. Hingga akhirnya aku memang harus balik ke kampus. Balik ke dunia mahasiswa, dunia yang…. Ah, ya sudahlah.

Sedihnya ninggalin zona nyaman yang dulu diperjuangkan untuk didapat demi memperoleh zona nyaman yang lain lagi, itu yang aku nggak habis pikir sama hidup manusia. Tapi aku inget ada satu orang yang pernah bilang, “But people move on, kan. Can’t stay in one place forever”. Seenggaknya itu cukup menghibur. People. I’m not alone then.  J Dan mungkin aku yang aku rasain pas galau harus ninggalin zona nyaman kemarin, itu belum seberapa dibanding pengalaman orang yang mungkin harus pergi setelah 8 tahun tinggal di suatu tempat. Hahaha. The spirit carries on! *nyalain kembang api*





Selasa, 16 Juli 2013

Overcast Morning struck~

Oke,
Sebenernya aku lagi sibuk dan punya banyak hal yang harus dikerjakan. Tapi pagi ini aku iseng aja pengen ngebuka timeline twittermu. Sebenernya juga, bukan sekarang. Dan itu hanya “seharusnya”. Hari Selasa, yang sejak aku buka mata, udah digadang-gadang bakal jadi hari yang menyenangkan, ternyata mulai melenceng dari jalur prediksi yang diharapkan. Pukul 10.44am. Rasanya masih terlalu pagi untuk menjadi tidak bersemangat. Masih terlalu pagi juga untuk mengkondisikan bendungan feeling yang harus dikamuflasekan dengan helaan nafas berulang kali. Ini akibat melakukan sesuatu di waktu yang tidak tepat. “Seharusnya”. Ya, seharusnya tidak pagi ini. Seharusnya juga, bukan timelinemu yang aku baca.

Rasanya sedang dipaksa keadaan untuk menjadi baik-baik saja di tengah ketidakbaikan. Dan rasanya, aku merasa bersalah jika harus bersedih untuk kebahagiaan seseorang. Di satu sisi, aku turut bersukacita untuk keberhasilanmu. Setidaknya itu titik terang dari upayamu mencapai sukses. Selamat, ya…

Dari awal aku sudah sangat yakin bahwa kamu memang akan lolos untuk program beasiswa itu. Bukan karena aku sok kenal. Tapi sejauh aku berusaha mengenalmu, aku tahu kamu berusaha banyak untuk semua mimpi-mimpimu. Itu, kamu. Tapi aku juga benci ketika aku meyakini hal itu. Dengan kata lain, aku juga ‘terpaksa’ meyakini bahwa akan ada jarak yang semakin jauh. Meskipun- juga- jika seandainya- tidak ada jarak geografis- akan menjamin ada cerita lain. Ya, aku tahu, tidak ada apa-apa di antara kita. Aku tahu juga, hanya ada jarak di antara kita. Dan semakin jauh, semakin itu ‘berarti’ buatku. Aku nggak peduli sudut pandangmu berbeda. Atau bahkan kamu nggak punya sudut pandang sama sekali untuk hal ini karena memang kamu nggak ambil peduli soal ini. Ya, ini memang urusanku dengan hati dan perasaanku.
Aku sempat berpikir, setelah berbeda pulau, kita akan juga berbeda negara, bahkan benua. Ah, ternyata list perbedaan ini bakal terus bertambah ya :”)
Okelah, aku cuma bisa berdoa supaya kamu terus sukses di jalanmu, disertai Tuhan di dalam jalanNya. Mungkin ini klasik, tapi aku nggak pernah menganggap kekuatan doa itu klasik :)
Sukses buat setiap tahap yang bakal kamu lalui sebelum meninggalkan Indonesia ya…

Ohya, selamat buat Triton yang udah punya temen :D




Minggu, 14 Juli 2013

LIFE IS A SONG TO LIVE. SING! :))

THE BEGIN WHERE I END
Apa yang kira-kira bisa dilakuin kalo tanggal 1 udah harus hidup ‘jadi’ orang Jakarta tapi sampe 2 hari sebelumnya belum dapet tempat tinggal K
Rasanya mau panik juga udah telat, mau nggak panik juga nggak mungkin. Hahaha
Oke, and the rock journey have begun. Tepatnya tanggal 29 Juni 2013. Demam panggung sebelum magang sebenernya udah melanda seminggu sebelum jadwal magangku dimulai (1 Juli 2013). Pasalnya, sampe tanggal 29 Juni aku berangkat ke Jakarta, dalam posisi belum tahu arah dan tujuan karena belum dapet kos. Kesulitan itu datang dari letak instansi tempat aku magang yang lumayan untouchable sama kantong mahasiswa. Ah ya, sebentar, sebelum aku nyeritain bagian ini, aku mau ngereka ulang gimana perlahan semua ini ada di hadapanku. Rasanya seperti mimpi.
Aku nggak peduli udah pernah cerita atau belum, yang pasti aku selalu excited buat nyeritainnya dan dengan senang hati nyetel ulang momen-momen yang berkaitan sama kesempatan ini. Jadi berawal dari sebuah penasaran dan kekagumanku sama budaya India yang menurutku hampir sama kayak Indonesia. Multikultur dan multi-multi yang lainnya, keeksisannya yang semakin terendus dunia, kembaran isu yang sama kayak Indonesia which is terorisme. Hahaha :D Sampe kesamaannya sama Bali. Pulau yang bener-bener aku idolain sejak SMP. K Nah, sekitar akhir maret menuju April, aku berencana kirim email ke embassy India di Jakarta. Setelah nunggu sekitar beberapa hari, ternyata aku diminta datang langsung ke kantor embassy-nya. Berhubung saat itu lagi masa UTS dan lagi Malang dan Jakarta itu jaraknya sejauh aku sama "dia” (halaahhh -__-“) maka jadilah aku memohon-mohon untuk diberikan kesempatan kedua. Sejak itu aku mulai terombang ambing dengan kejengkelan pada diri sendiri yang seolah nyia-nyiain kesempatan. Karena sejak itulah nggak ada lagi balesan email dari pihak embassy. Aku masih ngeyel dan ngotot bin pede (FYI, agenda magang Juli dan sampe April aku masih bersikeras untuk menggantungkan satu-satunya nasib magangku ke kedutaan India ini. Aku kirim ulang email, sok-sok an mastiin kalo email balasanku udah masuk apa belum, atau jadi spam. Hehehe J tapi emailku bertepuk sebelah tangan, aku tetep dikacangin sama pihak Embassy, sampe lebih dari seminggu dan hampir dua minggu. Menginjak pertengahan April, aku beraniin untuk email ke pihak atasan (yang setelah aku tahu, beliau ini posisinya sekretaris II di Political Wing), aku kenalin ulang identitas, keperluan, sekaligus pengaduan dengan kalimat sok manis kalo aku nggak dibales sama pihak embassy (Dan kala itu juga aku yakin kalo taraf kepedeanku udah keren bets~ K). Dengan setia, aku sambangin yahoo.com tiap hari. Sampe seminggu nihil, walhasil aku udah berencana move on meskipun hatiku berkata bahwa aku harus tetep memilih embassy India. Ouch :”)
Seminggu dikacangin, aku mulai sedikit belajar realistis atas sakitnya bertepuk sebelah tangan. Sampe akhirnya kesalahan justru terulang di tengah-tengah penurunan daya juang. Aku lengah buka email dan nelat dua hari. Dan pas buka email nangis kejer karena ternyata ada email balasan dari pihak Deputy Chief of Mission (Vice Ambassador). Aku diminta datang untuk kedua kalinya, dan kali kedua itu juga aku menyia2kan kesempatan kedua yang pernah aku minta sebelumnya. Aku nggak kesel sama mereka yang balesnya lama, tapi justru aku stress dan kesel karena aku segampang itu mau move on dan ceroboh buat pasrah gitu aja. Disini aku mulai belajar bahwa keyakinan itu harus total, nggak usah setengah2. Harusnya waktu itu kalo aku memang yakin bakal bisa ke embassy, aku harus lebih yakin dan nggak nyerah di “ujung” yang aku konstruksikan sendiri.
Dengan tebel muka, aku menghubungi pihak embassy dan nyeritain ulang kalo aku jauh dari Jakarta dan aku nggak bisa diundang mendadak, juga kesalahanku buat telat buka email. Setelah permintaan maaf dengan embel-embel minta dipanggil (lagi!), aku mulai bener-bener frustasi dan kali ini bener2 berusaha nyiapin diri kalo memang mungkin aku harus nerima kenyataan kalo aku nggak berjodoh sama  embassy India dan harus nyari tempat lain buat magang :”) Guess what, sampe seminggu lebih nggak ada balesan, dan itu adalah bulan Mei. Ya, Mei, dan belum dapet tempat magang. Hahaha, keren bukan?! Aku mulai nyiapin proposan buat Freeport sebagai bukti usahaku untuk move on dengan berat hati. Tapi bersyukur Dia masih Tuhan, dan mujizat masih ada buatku. Pertengahan Mei mereka akhirnya kasih aku kebijakan yang lebih manis dan “ajaib” buatku. Aku diminta ngirim berkas dan dokumen terkait proposal, CV+foto, covering letter dari kampus, dan beberapa dokumen lainnya. Okay, setelah keajaiban pemberian kesempatan screening data dan seleksi awal secara online, kabar baik itu datang di akhir Mei dan aku dikasih kesempatan untuk interview tanggal 6 Juni 2013. Dengan penuh semangat, aku interview dan yaayyyy, lolos. Puji Tuhan.
……. (to be continued)

GET IT STARTED
Akhirnya hari yang bikin deg-deg an dan nervous sebelum tiba waktunya, hari magang pertama, 1 Juli 2014, udah di depan mata. Tapi masalahnya, mataku belum punya arah buat ngelihat dimana aku akan tinggal selama magang 2 bulan nanti. Pasalnya, embassy ini lokasinya di daerah Kuningan yang isinya gedung-gedung kantor, pusat perbelanjaan, hotel, dan keperluan hedon yang nggak perlu dimention satu-satu. Yeah, mungkin kalo aku beneran udah kerja, adalah masuk akal buat nyewa tempat tinggal 5 juta per bulan yang berupa residences atau apartment. Ya, kebanyakan di sekitar Kuningan adalah tempat tinggal sewaan demikian rupa, atau syukur-syukur kalo mau tinggal di J.W Marriot atau Ritz Carlton. Hahahah
Syukurlah, setelah 29 Juni meluncur ke Jakarta dianter orang serumah, tanggal 30 Juni aku dianter muter2in wilayah sekitar Kuningan buat nyari kos. Dan akhirnya aku dapet di sekitar Menteng Dalam. Bagusnya lagi, itu deket banget sama tempat cuci mata yang masih sekitaran sama kompleks Mega Kuningan. (Uhuuukk, salah fokus! :D)
Walhasil, jadilah sejak itu aku seorang anak Menteng. Ya, itung-itung napak tilas Oom Obama laah~ hahaha
Hari pertama magang aku masih dianter mama papa karena aku terkenal buruk mengenali jalur dan jalan K Sayangnya, Mega Kuningan itu kawasan yang cukup complicated buat pendatang baru (semacam aku). K
Hari pertama di kantor, aku check in dengan disambut tampang2 dingin security2 dan penjaga pos pengunjung yang jumlahnya nggak cuma satu atau dua. Okay lah~ mungkin aku punya tampang teroris meskipun aku nggak pernah bisa neror hatinya “dia” (halaahhh.. maneh! -__-“). Nggak beda sama perlakuan pas aku dateng buat interview, HP dan tas harus ditinggalin di pos penjagaan itu. Aku langsung masuk tanpa babibu karena aku emang udah telat dari jadwal panggilan. Rasanya sebel juga sama lalu lintas di Ibukota ini. Keterlaluan kejem. (And FYI, gegara ngejar waktu, papa juga sempet ditilang gegara make bahu jalan dan kepedean ngikutin mobil polisi yang waktu itu lewat dengan berisiknya ngebelah-belah padetnya lalu lintas.)
Pak Deputy Chief of Mission nya ternyata lagi nggak di ruangan, tapi sekretarisnya yang baru-baru ini aku tau namanya Pak Harpal Singh, dengan sangat ramah menyambut dan meminta untuk menunggu di ruang Pak Raveesh Kumar, si Deputy Chief of Mission yang juga sama gantengnya. (HEALAAAHH! -__- hahhahaa). Setelah menunggu beberapa saat ternyata Bapak itu nggak nyinggung sama sekali soal telatnya aku, entah karena memang pengertian sama fenomena macet, atau karena beliau lebih telat, akhirnya aku nggak canggung lagi karena beliau sangat ramah, hangat, dan justru banyak cerita soal pengalamannya yang pernah liburan ke Bromo (sebelumnya sempet rumpik juga soal apel Malang) hahaha. Setelah beberapa obrolan terkait magang dan tugas, akhirnya aku dimandatkan untuk menemui third secretary sekaligus Head of chancery of political and education, Mr. Pradeeb Gupta. Aku ke ruangannya dan disambut dengan ramah di sana. Mr. Gupta sebelumnya memang udah pernah ketemu karena Beliau yang menginterview aku. Tapi nggak nyangka aja kalo akhirnya Pak Gupta ini excited nanya2 kabar, tempat tinggal ku jadinya dimana, dan bahkan hari pertama itu, Beliau adalah orang yang mengingatkanku untuk tidak lupa makan siang. Oleh Mr. Gupta pula akhirnya aku mencopot name tag “visitor / guest” dan menghubungi pihak keamanan untuk memberikan tas dan mengijinkan aku membawa HP. Yayyyy… my first time in getting that license was a great moment. Unforgettable! Aku juga nggak perlu laporan lagi pake kertas “visitors slip” lagi buat keluar masuk :3 Thank you! I feel so blessed!

Aku ditempatkan di Political Wing, dan kemudian tugas-tugas mulai berdatangan. Meskipun tugas utamaku sebenarnya bukan bidang yang diinginkan, tapi inilah kesempatan untuk benar-benar belajar dari magang. Sebelumnya, aku nggak pernah doyan isu politik domestik. Tapi setelah aku menemui Mrs. Vartika Rawat yang kemudian menugaskanku untuk membantunya menyediakan tambahan informasi untuk menyusun weekly report yang harus dikirim ke pemerintah India pusat, terkait isu tertentu. Sayangnya, isu yang diinginkan Mrs. Vartika adalah tentang politik domestik, khususnya PEMILU 2014! Nothin to say. It’s okay :”) but, finally it’s proven that life begins at the end of comfort zone. Mau nggak mau aku harus mulai membiasakan diri buat ngepoin semua media di Indonesia yang memuat berita politik dan khususnya the upcoming 2014 general election. Berasa apa banget pas pertama (mau nggak mau) aku harus tau ada berapa partai yang bakal ikut pemilu, skandal partai, kasus Hambalang, Cebongan, Century, internal partai, sampe elektabilitas partai dan kandidat, dan analisa kesemua fenomena tersebu. Oh, great! Dan berita online itu selalu bergerak tiap jam! Jadi sehari rasanya baca banyak banget “gossip” masalah partai A, B, C, dan tokoh D, E, F, dan G. :”) Tapi justru di hari ke dua dan ke tiga, aku merasa bahwa ini menyenangkan dan akan sangat berguna! Kapan lagi aku mau belajar menyukai apa yang sebelumnya bahkan nggak aku lirik sama sekali, kalo bukan dengan cara kayak gini dan di waktu ini. Thanks for these chances, all! Thanks, Lord! J




Kamis, 13 Juni 2013

MID-YEAR'S

Rasanya ada yang berat buat nyambangin ruangan ini lagi. Hahaha. However, banyak banget yang pengen dibagi. Mendadak tengah tahun banyak kejadian yang bikin duniaku jungkir balik. Ya, jungkir balik. Tepat persis sama kayak yang pernah aku bilang beberapa waktu lalu. Life is a rollercoaster (indeed!).
Kalo boleh di timeline nih playlist MP3ku sejak akhir bulan Mei, mungkin bakalan banyak melankolis yang sepakat bilang playlistku bagus. Ya, buat mereka! Tapi buat para sanguinis dan koleris, mungkin itu… menjijikkan. Hahaha, oke aku sotoy. K

Awal Juni, sempet ada gempa di kehidupanku. Meskipun aku sok asik, sok kalem, sok stei kul, sok bieasa sajah, well, it wasn’t. J Nothin’s fine. Ya, beruntung sih, meskipun Tuhan menganugerahkan perasaan buat setiap manusia, Dia juga melengkapinya dengan logika. Bersyukur juga karena aku masih bisa make itu logika dan sisa-sisa rasionalitas yang ada. Hahaha. Sebenernyaperlu nggak sih diceritain ini kejadian. Hahaha, yaudahlah, intinya aku turut bersukacita kalo kamu bersukacita. Asli ini bukan kalimat yang jadi dialog di skenario FTV yang diomongin sambil sedih, muka nggak ikhlas, atau bahkan dendam inside. NGGAK. Bersyukur karena di dunia ini masih ada pelajaran hidup yang namanya ‘tahu menempatkan diri’ dan ‘positive thinking’. Ya , bersyukur kalo aku pernah terlibat dalam sekolah kehidupan. Jadi dalam menghadapi fenomena ini, aku memutuskan untuk menggunakan kemampuan dari dua mata pelajaran kehidupan tersebut. Aku tahu siapa aku, siapa dia, siapa mereka. Mungkin analogi yang lumayan deket adalah semacam ini, aku ngefans sama Taylor Lautner. Terus tiba-tiba si Taytay ini in relationship sama seorang gadis. Well, what should I do? Nothin’s. Hahaha, kecuali sebagai fans yang baik, aku berdoa supaya si Taytay bahagia dalam kehidupannya. See? It’s simple, dude! J

Pelan-pelan, kedua pelajaran hidup itu yang justru bikin aku ngremove semua lagu lembek dari playlist MP3ku.  Life goes on. Ya, memang. Ngomong-ngomong nih ya, meskipun kadang rasanya gimana gitu ngeliat ada yang sliwar sliwer di TL twitter. Tapi aku berharap lama-lama pasti bisa kebal lah J Banyak orang-orang di sekitarku yang saying sama aku, nyaranin buat ngeunfollow itu akun. Thanks all, but hey I’m fine. Fine! Besi di apiin, dipukul-pukul, biar dia bisa lebih guna, marmer harus mau disakitin biar dia berbentuk, jadi aku pikir, kenapa harus segitunya ngehindarin hal-hal sepele yang nggak kita sukain. Diakuin atau nggak, manusia memang sering ya kayak gitu, pengennya ngeunfollowin semua yang nggak nyenengin. Ngeunfollow kejujuran, ngeunfollow keikhlasan, ngeunfollow kesedihan. Normal sih sebenarnya, tapi nggak ada salahnya juga kok still following akun-akun pelajaran hidup tersebut. Ya, jadi ini sebagian dari apa yang tengah tahun 2013 berikan padaku. Makasih! :*

Nggak tau ini pelangi sehabis hujan atau apa, yang pasti memang di balik duka itu pasti ada penyembuhnya. Ya walopun tetep lah proses panjang itu sangat dibutuhkan. Kejutan tengah tahun selanjutnya bikin aku keinget pas kecil, tiap abis minum obat, sekalipun manis, aku harus makan permen buat lupa rasa obatnya. Gini juga tengah tahun ini. Abis ‘nelen’ surprise awal Juni, aku dikasih permen sama Tuhan J Rasanya masih kayak mimpi. Ya, kadang kesenangan itu harus ditebus sama air mata dulu kali ya… itu siklus hidup, kan? Hehe

Ya, thanks to Lord for this mid year’s. Terlepas dari doa, harapan, ucapan, dan kado-kado penyambut usia baru yang Tuhan percayakan, ada satu kado spesial dari Tuhan buat tahun ini. Aku percaya ini murni dari Tuhan karena memang itu anugerahnya semata. Haha, tanggal 6 Juni, Tuhan kasih aku kesempatan buat aku nemuin tempat magang yang memang aku pengen banget. Meskipun awalnya desperate. Aku ngajuin magang di tempat ini sejak April, udah kontak terus sama pihak internalnya, tapi udah dua kali juga dipanggil interview dan aku selalu pas ngga bisa ngedatengin. Ya, DUA! Panggilan pertama terlewatkan karena barengan sama UTS, setelahnya aku mohon-mohon buat dipanggil lagi. Well, miracles is all around. Aku dipanggil lagi. Dan kali kedua ini aku ngga bisa datang karena kesalahanku sendiri. Aku telat buka email! HAHAHAHAH! What a life! :”) Yap, bener, tentu aja aku dengan (ke)PD(an) minta dipanggil lagi. Oke, no responses buat waktu yang lumayan lama. Sampe aku balik ngeemail atasannya yang pertama dulu aku kirim email. Nggak berapa lama ada balesan. Abis nego-nego-nego, akhirnya aku dipanggil tanggal 6 Juni kemarin setelah sebelumnya ada screening berkas dan dokumen-dokumen yang mereka mau. Let me say, trust me that miracle is all around indeed! Ya, akhirnya aku diterima magang di tempat itu. Bersyukur banget karena sebelumnya memang banyak yang bilang kalo magang di tempat sejenis biasanya tawaran timingnya yang nggak tepat. Atau susah karena perihal A to Z. Ya, banyak pelajaran hidup memang terbukti teorinya di sini. Salah seorang temen deket yang bisa dibilang tau betapa ngebetnya aku magang di tempat itu sering bilang “Udah, pasti bisa, kalo kita ada pengen, apalagi ditambah usaha, pasti kesampaian kok!”
Bener banget, emang nggak ada yang sia-sia. Waktu interview, sempet berkesan juga sama pertanyaan yang minta aku jelasin gimana aku bisa sampe ke Ibukota itu. Dan Bapak itu pun bilang kalo ternyata emang “sacrifice” itu selalu ada harganya. Setuju. Nggak rugi juga sih sebelum interview bela-belain ke Jakartanya sendirian karena pas kebetulan orang rumah nggak ada yg bisa anter, trus dapet penginapannya di Tangerang, trus pas berangkat interview naxi abis 120 ribu lebih. Hahaha. Thanks, Lord! Thanks, all! Thanks, Embassy of India in Indonesia!


Jadi, pelajaran tengah tahun ini, enjoy aja buat tetep “following”  akun-akun pelajaran hidup yang nggak menyenangkan, dan bahwa setiap perjuangan itu nggak ada yang sia-sia. Nggak ada yang nggak mungkin. Emang harga yang harus dibayar itu ada, tapi percaya kalo give more pasti get more. Ini bukan ngajarin jadi orang pamrih ya, tapi ini lebih ke arah “usaha” J Semua ada masanya, ada masa nangis, seneng, sedih, ngakak. Nikmatin aja karena dalam hal ini, aku juga pengen bilang kalo Like a healer, miracle is all around, believe it! Keajaiban bisa menyembuhkan segala sesuatu, kita cuma perlu ngasih kepercayaan ke dia aja :D




Jumat, 31 Mei 2013

THANKS, TON...

2011.
Pertama kalinya aku ngeliat seorang kamu, yang makin kesini makin semena-mena ngejajah perasaanku. Seorang kamu yang waktu itu nggak aku tau namanya. Kurang ajarnya, sejak pertama kamu jadi objek yang sempet tertangkap lensa mataku, kamu udah ninggalin voucher buat aku penasaran soal seorang 'kakak tingkat peserta school of diplomat yang kemarin nanya. Itu siapa sih?'.
But thanks, kamu sempet tenggelam dan aku ngejalanin kehidupan kampus dengan melupakan penasaran itu. 
As the time goes by...
2013. 
Meskipun sempet beberapa kali aku ngeliat kamu keliaran di kampus. Aku cuma bisa, ‘Kakak itu…’, atau ‘Heh!’ … dalem ati, surely! AJAIB. Suatu siang yang tak disangka, kamu masuk kelas dimana aku ikut mata kuliah itu. Aku nggak terlalu peduli apa materi yang kamu jelasin, meskipun aku berusaha keras buat mahamin, nyatet apa aja yang sekiranya perlu aku catet sebagai jejak kuliah hari itu. And… what the hell was… setelah selesai kuliah, aku baru sadar aku masih belum tau namamu! LOL. Entah gila atau apa, dengan sok asik aku nanya sama salah seorang temen sekelas yang aku pertimbangin dia nggak akan comel dan mencurigai aku macam-macam. Guess what!? Ya, akhirnya aku tau namamu. Parahnya, beberapa minggu kemudian seorang ‘sahabat’ pamer bahwa dia mendapatkan kontak BBM-mu. Sempet kepikir banget  pengen minta. Setelah aku pikir2 lagi. Aku nggak yakin berani add dan BBM duluan. Jadi buat apa? Hahaha. Setelahnya, aku lupa gimana perasaanku sampai akhirnya nekatku terekskalasi jadi aksi ‘add kontak BBM mu’! GREAT! Beberapa hari setelah kamu terima permintaan kontak dari aku, tetep nggak ada keberanian buat mulai obrolan. Sampe akhirnya, di 18 April, aku beraniin mulai obrolan bertopik magang. Menurutku, kamu emang tempat yang bener juga sih memang buat nanya-nanya :)
18 April.
Hari pertama aku bisa berkomunikasi sama seorang kamu yang kemudian aku semakin yakin betapa (MEMANG) mengagumkannya kamu dan isi otakmu, as I saw you at the time. I’ve guessed! Kalo sebelum tanggal ini aku cuma baca-baca tentang mitologi Yunani karena sekedar pengen tau, maka setelah hari itu, aku mulai download banyak bacaan tentang mitologi, follow in akun twitter pecinta mitologi, cariin e-book tentang mitologi. Aneh, ya? Iya. Gila? Maybe. Meskipun aku nggak bener2 paham soal mitologi dari bulu sampe sumsumnya, kayak kamu, tapi seenggaknya ada yang nambah di diriku :) Thanks!
Terlepas dari seringnya aku mendadak pusing, sakit perut, dan mendadak parkinson temporal, aku semakin sering juga nekat BBM-in kamu duluan meskipun selalu sakit perut dulu, dan mikirnya udah kayak ngerjain soal quiz di kelas. Tiap kamu bales, aku bisa jingkrak-jingkrak dimana aja. Senyum sampe ketawa nggak jelas di kerumunan kantin, udah pernah juga kejadian sama aku :”)
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 April.
Aku mulai setiap obrolan BBM dengan penuh kebandelan. Meskipun selalunya aku capek dan kadang desperate karena harus ‘mulai’ obrolan duluan, dan ‘helooooo, siape gue?!’ kalo sampe ngarep kamu tiba2 BBM duluan. Hahaha :”D sampe akhirnya….
25 April. 
Sore hari seingetku, aku terlonjak dari tidur siangku demi BBM dari kamu (untuk pertama kalinya). Nggak cukup buat diceritain betapa gila dan senengnya aku waktu itu. Kamu ngomongin soal 'nama'ku. Aku nggak peduli kalo sebenernya itu biasa dan wajar aja kalo kamu tau soal namaku (secara kamu kan pinter dan banyak tau), tapi aku seneng dan bangga banget! Ah, what a life, eh? Hari itu juga kamu sendiri yang nerangin ke aku soal namamu berikut maknanya :))
26, 27, 28 April. 
aku masih jadi pelopor obrolan BBM  kita. Surely!

MEI.
5, 6 Mei.
Still being 'AS ALWAYS' type of conversations.
7 Mei.
Aku ketauan ngecrop salah satu fotomu (yang aku simpen diem2 dari berbagai sumber) yang aku jadiin display picture BBM. Maaf, ya. Aku juga nyesel buat kenekatanku yang ‘so freak’ saat itu. Setelah hari itu, aku stress, aku ngerasa kamu pasti udah ilfil tingkat dewa-dewa Olympus ke aku. Sampe dua hari aku nggak berani pasang display picture. Dan sampe tanggal 10 aku masih selalu ngecek kontak kamu, mastiin aku nggak di – delcont. :”)
10 Mei.
Aku beraniin BBM buat ngomongin soal laut. Kejadian yang nimpa temenku bikin aku jadi ngeri keinget kamu yang cinta banget sama laut. Meskipun menurutku balesanmu waktu itu ‘so flat’. Aku nggak peduli, Yang penting maksudku buat ngingetin kamu tersampaikan.
11, 13, 15, 19, 20, 25, 28, 30 Mei.
Aku masih jadi ‘zipora’ yang kadang nggak aku kenal. Dimana gengsi yang selalu bikin aku males mulai ngontak duluan para kaum adam? (Kecuali buat urusan tugas dan seputar kegiatan kampus ya) :”) Kamu bisa bikin aku ngacuhin gengsiku, Ton… :”)

Sejak kesempatan pertama kita ngobrol via BBM, aku ngerasa banyak efek (terlepas dari kamu tau ato nggak) aku dapet dari kamu. Tiap buka twitter, secara otomatis di kolom ‘search’ udah terpampang rapi ID twittermu. Ya, aku kepo banget ya emang.. :’)
Aku perlahan berasa disulap, suka dengerin Pumped Up Kicks-nya Foster the People, suka beli Oreo, Happytos, dan sempet heboh gara-gara ngidam beli Nutella di Malang, suka ‘berusaha’ bangun pagi. Kadang aku nanya sendiri, ‘siapa ini?’ Tapi aku bersyukur karena toh nggak ada efek buruk dari semua itu :”) 
(Meskipun kadang aku beli Oreo dan Happytos-nya tanpa tujuan. Sekedar masuk Indomaret trus automatically jalan ke deretan rak Oreo dan Happytos, trus pas udah keluar dari Indomaret baru nyadar ‘Oh, aku beli ini, ya?’) Hahaha…
Ohya, aku juga yang awalnya nggak pengen lanjut S2 dalam waktu deket2 setelah wisuda besok, ternyata jadi pengen ngelanjut S2. Haha.

Menjelang Juni…
Aku kadang ngarep semua kalender mendadak ilang dari muka bumi ini. Atau.. bulannya diputer balik ke April. Biar kamu nggak usah pulang. Nggak apa-apa deh kalo Juni bisa ilang, meskipun itu artinya aku nggak ulang tahun :”D
Tapi aku sering ngerasa, kamu memang udah waktunya pulang ke rumah. Puas-puasin waktu di rumah, ngerayain 22 Juli-mu bareng keluarga dan temen-temen kesayanganmu di sana, sebelum nanti harus pergi lagi buat ngejar mimpi besarmu :)
Ya, walopun selalu (….)*absurd* ngingetnya, tapi ya memang ini… ya, ini. Kamu dan duniamu, aku dan duniaku di balik punggungmu. Meskipun abis ini mungkin nggak ada lagi yang bisa aku intip-intipin di ruang baca, nggak ada lagi punggung yang diem-diem aku liatin tanpa kedip sampe beberapa menit, nggak ada lagi yang aku liat (diem2) lagi serius banget ngadep leptopnya, tapi nggak apa-apa :)
Mungkin akhir-akhir ini aku belum sampe hati buat makan Oreo-oreo dan happytos yang aku beli, belum sampe hati juga buat ngedengerin Pumped Up Kicks lagi, tapi aku tetep bakal berusaha bangun pagi, semangat ngerjain tugas biar kuliah cepet kelar dan bisa cepet ambil S2 :) Nggak tau kapan bisa lively liat kamu lagi, yang pasti sukses terus ya buat kamu, setiap cita-citamu, dan dimudahkan jalanmu buat meraih apa yang kamu doakan atas masa depanmu. Aku masih boleh kan ya ngefans sama kamu? (ya, mungkin sampe kamu nemuin Athena- mu lah..) :)
Sebenernya ini hari terakhir aku bisa ngeliat kamu di kelas, tapi lebih baik emang aku nggak liat aja kali ya.. :"D
Ya udahlah, dari kemarin aku sedih tiap inget hari Jumat ini (berlebihan ya?), aku cuma bisa pasang fotomu jadi display picture BBM. Jangan ilfil ya...
Erebus, Hypnos, Nyx, D’ Lyre, Triton, tolong sampein makasihhhh buanyaaaakkkk dan salamku ke yang punya kalian ya… :)
Thanks, Ton!

To :
Triton on my BBM Contact | Taylor Lautner on my own version :p




Minggu, 28 April 2013

"IF ONLY"

"If Only"

Kedengerannya nyesel ya? Iya. :’)

Kadang aku nggak habis pikir sama hidup ini. Setauku ini semua hanya seperti siklus yang melelahkan. Setauku juga, di dalam siklus itu juga aku selalu bekutat pada lingkaran yang salah untuk punya perasaan bodoh semacam ini. Tergila-gila pada orang yang entah kenapa, bisa dikatakan salah atau lebih tepatnya ‘tidak seharusnya’! Aku punya segudang teman lucu, baik, bodoh, pintar, suka berdebat, suka olahraga, kritis, jorok, kasar, pelit, cool, perhatian dan seiman. Tapi kenapa dari sekian banyak kategori, seandainya aku memilih, tidak ada seorangpun yang bisa membuat aku segila ini?! Justru kegilaan itu sumbernya dari kamu! Iya, kamu, Triton, Putra Poseidon, kakak tingkat yang hanya karena ia mengangkat tangan untuk melontarkan pertanyaan dalam sebuah diskusi sekolah diplomat- langsung mencuri perhatian, dan manusia yang belum ada sebulan ini aku berhasil mendapatkan pin BBnya.

Aku tidak tahu kesalahan ada di pihak mana dan bersumber dari siapa. Atau bahkan aku tidak tahu apakah ini benar bisa dikatakan sebagai sebuah kesalahan atau bukan. Yang aku tahu, akhir-akhir ini - seolah semesta memberikan jalan untuk ‘perhatian’ yang pernah tersita tahun 2011 lalu, untuk kembali muncul ke permukaan, dan kembali tersita tentunya!
Kamu memang sebenarnya tidak perlu tau betapa gilanya aku setiap hari, yang ingin selalu tau apa yang kamu lakukan, bagaimana harimu, apa saja yang kamu alami. Kemudian aku harus mencukupkan diri hanya dengan melongok timeline twittermu. Atau kemudian jika aku berani mengabaikan tantangan sakit perut dan pusing mendadak, aku memberanikan untuk memulai obrolan di BBM. Ini harus selalu ditebus dengan gelisah tak terjelaskan, antara takut dan senang. Aku senang karena aku bisa menikmati setiap cerita yang kamu bagikan. Dan aku selalu takut dari usainya semua itu. Bagaimanapun aku harus tahu diri. J
Tentu kamu juga tidak pernah tahu bahwa di sisi lain aku selalu menyesal dan membenci diriku sendiri. Kenapa aku harus melonjak senang ketika kamu membalas BBM, tapi juga kemudian gusar karena aku selalu mengawali semua obrolah kita. (Seingatku hanya ada satu topik dimana kamu memulai lebih dulu – tentang nama – dan betapa semakin gila aku setelahnya!) Yayaya, apalagi jika bukan ‘aku harus tau diri’ dan ‘siape gue siape lo’. Setidaknya 2 kalimat itu yang selalu mengkompensasi kegusaran untuk rasa lelah menjadi pihak yang seolah harus mengejar. Maaf, aku tidak pernah bermaksud mengejar. Aku hanya ingin tau banyak tentangmu. Konyol? Memang.

Tentunya kamu juga tidak tau bahwa hingga detik aku mengetik huruf-huruf ini, aku sangat senang karena sudah memiliki 48 foto Triton. Fotomu. Foto yang terakhir aku simpan ‘diam-diam’ (jika tidak ingin dikatakan mencuri), mungkin foto yang diambil di waterboom. Ya, hari ini kamu menikmati water day, kan? Hahaha. Seharian ini juga aku terus mengintip Recent Updates di BBM. Berharap bisa menemukanmu membuat status atau sekedar mengganti display picture.

Untuk mengalihkan perhatian karena gilaku atas candu perasaan ini, hari ini aku juga mengontak semua teman-teman facebook, twitter, dan BBM. Untuk apa?  Tentu saja untuk bertanya pada mereka, satu-persatu dengan mengirimkan pesan yang sama;
“Pagi, (A / B/ C/ Beli/ Mbok), boleh nanya dong, tau tempat jual leg rope second (yang bagus tapi harga bersahabat) di sekitar Badung, nggak? Please infonya ya kalo tau. Makasih :D”
Malam sebelumnya, aku membuat broadcast message yang dengan hati-hati aku kirim ke setiap kontak BBM yang telah aku pilah, untuk memastikan bukan kamu atau orang yang berpotensi membaca status twittermu tentang leg rope Triton. Belum cukup disitu, entah dimana ujungnya, yang jelas aku juga merasa konyol ketika kemudian aku mulai mencari informasi di internet. Aku menemukan salah satu website yang menjual leg rope dengan diskon yang sangat besar, meskipun itu bukan Rip Curl seperti yang awalnya kamu buru. Tapi menurutku, setidaknya ini lebih baik daripada kamu harus membeli secondhand stuff. Dan konyolnya lagi, tiba-tiba aku ngeri ketika membayangkan kamu salah membeli leg rope yang justru kemudian membahayakanmu. Pada akhirnya aku ragu untuk menunjukkan hasil pencarianku hari ini untuk Tritonmu.

Damn, i hate to be like this. I do hate these madness thogh I always enjoy every stupidity that i did from those madness.
Kamu. Rasanya tidak mungkin, dan rasanya tidak seharusnya aku seperti ini. Aku berharap bisa mundur perlahan (atau secepatnya) atas perasaan ini ketika aku berpikir bahwa kamu masih mencintai dia. The last girl you date. Atau, kamu masih punya kenangan tidak mengenakkan tentang dia dan hubungan kalian. Aku dengar kalian sudah putus. Tapi sepertinya kamu masih menyimpan banyak hal dari hubungan kalian. Aku tidak tau ini insting, intuisi, atau ngawurising dan sotoyisi. Tapi ini hasil kesimpulanku dari pengamatan rutin pada timeline twittermu. Asal tau saja, aku berharap semua ini salah. :’) Secara implisit kamu menulis status yang tentu masih berbau isi hatimu atas dia, pacarmu entah mantan pacarmu. Aku berani menyimpulkan pengalaman tidak mengenakkan itu juga dari kesarkasanmu yang tersirat pada status twitter yang menunjukkan tuduhan negatif untuk istri masa depanmu. Kalimat :
“Wondering...Kalo aku ntar pas udah nikah trus mati, kecelakaan gitu, istriku bakal gimana ya...”
KEMUDIAN...
“Paling ketawa ngakak terus nyari suami baru...*snort”
Keduanya seolah sama-sama menyiratkan ketidakpercayaanmu pada keberadaan kasih tulus yang akan dianugerahkan buatmu kelak. Ironis! Entah bodoh atau konyol. Mana ada seorang istri ditinggal mati suaminya dan kemudian melakukan hal setidakmanusiawi itu. Seandainya aku punya kapasitas untuk mengingatkanmu bahwa ketika kamu disakiti oleh seseorang, bukan berarti semua makhluk yang hidup di muka bumi ini dan disebut orang, akan menyakitimu. Tapi aku sendiri merasa berpotensi mendapat efek mirror image jika seandainya aku benar bisa mengatakan itu padamu. Faktanya aku pernah berada di posisi itu.
Intinya, aku tidak tau darimana semua kegilaan, kekonyolan, dan keanehan ini berasal, dan bagaimana serta kapan aku harus mengakhirinya. Yang pasti aku bersyukur meskipun semua rasa berharga ini harus disimpan dalam gema kesunyian :’)

Yang pasti juga, aku tidak berharap lagu sialan ini benar-benar terjadi di hidupku!


 I thought it wasn't wrong, To hide from you, Simple truth.

I was scared, I felt it all along, But it hurt to much for me, to share.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to. If Only I, could change your mind,
If Only I had known, If Only I had you...

Finally understand, Why things have happened, And how it all could go so wrong.
Will this pain ever end? 'cause I don't think I can carry on.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to.
If Only I, could have spoke my mind, If Only it were true, We could start brand-new
I know I'll make it through
If Only I had you
If Only I had you
If Only I had you

"IF ONLY"....




Sabtu, 27 April 2013

Life is a Rollercoaster and You’re a Tornado


Kata Ronan Keating, “Life is a rollercoaster, Just gotta ride it”

Indahnya hidup, seandainya sesimple itu. Ahya, hidup memang simple sih sebenernya. Tapi setidaknya hidup itu cukup rumit pada kenyataannya J Ya terserah sih, lagipula hidup itu kan tentang ‘kacamata’ apa yang sedang kita pakai :D

Setidaknya ketika Ronan Keating bikin lagu ini, bukan ngasal yang penting unik gitu ya. Setidaknya menurutku, dia nggak cuma nyanyiin, dia juga ciptain, maka logis banget kalo kalimat itu bisa dibilang sebagai karya yang ga jauh-jauh dari pengalaman hidupnya. Entah dari melihat, mendengar, mengamati atau even itu wahyu dari alam semesta. Jadi memang hidup itu rollercoaster. Kita bisa ketawa, nangis, atau bahkan jetlag sampe pucat dan sakit pas naik. Banyak sensasi, banyak rasa, banyak pikiran jelek (terlebih lagi kalo orangnya parno-an trus kebanyakan nonton film Final Destination). Begitu juga hidup yang hidup. Pasti banyak kejadian ini itu, rasa ini itu. Beda juga, kan, ketika kita naik rollercoaster, tapi mesinnya mati. See?
Begitu juga yang aku rasain akhir-akhir ini. Rollercoaster yang sedang aku naiki ini mendadak ngebuat aku ngerasa kalo ini bagian dimana rollercoasterku sedang pada tempo yang unpredictable, full of surprise, daaann... bikin jetlag  sana sini. Mulai dari ditunjuknya aku buat maju semmas di pertemuan pertama sejak UTS. Plisss.. aku sempet ngerasa dosennya mau kasih aku pelajaran karena selama ngerjain, aku cuma konsul 2x dengan dua judul yang beda. Trus pas ngumpulin aku balik ke judul pertama yang aku ganti scope topik dan teorinya. Hahaha. Otomatis jetlag, stressss, dan nggak ada ketawa tulus selama hari-hari penantian eksekusi itu. Ditambah lagi, pas hari aku harus diadili dan mempertanggungjawabkan tulisanku, salah seorang penyanggah yang sudah dosen hadiahkan untukku ternyata nggak masuk, sodara-sodara!
Pasalnya dia telat dan peraturannya memang kalo telat ngga ada lisensi masuk kelas. Tidak berhenti di situ, jetlag terus terekskalasi ketika akhirnya dosenku dengan manis menawarkan diri untuk menggantikan peran penyanggah yang malang itu :’) Oh, aku berharap rollercoasterku berhenti saat itu juga biar aku bisa turun aja sebelum semua isi perutku keluar secara tak beradab -__-

Akhirnya dengan mencoba berlapang dada dan mengandalkan belas kasih sang Mukhalis, aku maju juga demi masa depan. Hahaha. Setelah mual selama beberapa puluh menit dan berdiri di depan para hakim mulia tersebut, akupun bisa tertawa senang karena meskipun aku harus memilih antara memperbaiki rumusan masalah atau mengganti teori, dosen bilang bahwa presentasi itu bisa membuat kelas hidup, aku banyak mendapat masukan *peluk dosen dan teman* Juga dosen yang berkata bahwa 3 presenter pertama ini merupakan 3 tulisan yang punya nilai lebih di kelas (pada saat itu, aku pun nggak peduli lebih. Yang aku tau, curiga berlebihku tentang dendam dosen karena aku nggak pernah konsul sirna  sudah. So sorry, dear Ma’am! ). Pada titik itu, aku sadar bahwa rollercoasterku sedang menyajikan babak kesenangan dalam permainan ini :D – kejadian ini berputar di hari Senin.

Hari selanjutnya, aku ngerasa hentakan rollercoaster yang lain. Kali ini berkaitan dengan pribadi yang terhitung sejak pertama aku berani mengontaknya, aku mulai semakin gila. Terhitung 9 hari hingga hari ini J Sejak 9 hari yang lalu dengan tangan dingin dan pertimbangan sejuta tahun cahaya, aku memulai interaksi di kontak BBM. Hahaha, konyol! Inget banget, padahal waktu itu cuma pengen tanya soal magang, dan plissss, gugupnya kebangetan. Nggak kebayang kalo nanya langsung K hahaha

Singkat cerita, setelah mendapat respon baik, aku semakin berani KEPO dimana-mana. Kalo dulu, sejak pertama kali ketemu, ngefans, dan aku PD banget nyari namanya di Google (dan nggak dapet hasil apa2 karena aku cuma tau nama panggilannya—itupun nanya temen!). Sekarang ada kemajuan, aku BBMan, aku ngobrak abrik twitter Himahi berharap dia pernah dimention (dan berharap ID twitternya masih pake namanya). Daaaaann... guess what! I found him! (backsound : We are the Champion) :p
Sejak itu aku rajin banget buka timeline nya, sampe2 kalo udah masuk ke ‘search’, namanya udah terpampang rapi secara otomatis. Hahaha. Misi kepo terus berlanjut sampe ke peradaban FB yang bikin aku ngesave 45 fotonya. And surpriseeeee! Ada foto mbak2 cantik di timeline photonya. Haha. Awalnya aku nggak peduli banget sih. Cuma penasaran aja. Tapi tiba2 jadi sakit perut juga pas aku tau dia ngobrol sama temen2nya di twitter. Malangnya, emang dasar dari awal udah ngerasa ‘insecure’ sejak lihat foto itu, ditambah obrolan twitter yang membuat aku menyimpulkan bahwa dia dan hatinya sudah ada yang memiliki. Saat itu juga aku merasa rollercoaster ini berhenti mendadak. Aku sakit perut nggak jelas tiap inget. Hahaha (diakui saja, ini berlebihan, tapi bukan berarti nggak pernah terjadi dan hanya fiktif belaka J). Maka kuputuskan untuk berhenti mengaguminya lebih jauh. Hahaha. Unfortunately, aku tetep aja kepo twitter, FB, PM BBM, dan tetep juga ngeliat2 fotonya yang khusus aku folderin atas nama Poseidon’s, dan nama foto Triton 1 hingga Triton 45. Hahaha. Aku memang bandel :’)

Di sisi lain, aku sudah memperingatkan diri sendiri untuk berhenti bersikap bodoh, konyol, dan segila itu. Tapi aku menulikan nurani. Aku terlalu bebal untuk menjadi sepenurut itu :p Kemudian sampailah dimana aku merasa perlu lebih tegas pada diri sendiri. Mengingatkan nurani bahwa aku tidak perlu merubah diri untuk hal ini. Aku tidak pernah ingin menjadi wanita agresif untuk menunjukkan perasaan. Aku juga mengingatkan diriku bahwa sejauh ini akulah yang banyak bertanya, menyapa dan mengontak. Ouch! Tidak butuh puluhan menit untuk kemudian aku merasa (harus) runtuh dan berhenti dari semua ini. Solusi terbaik adalah TIDUR (setidaknya daripada bercengeng2 ria)! Dan kejutan datang di kamis sore pukul 04.06pm menurut waktu BBM kala itu. Aku yang tadinya bermalas2an bangun, segera terlonjak demi melihat beberapa pesan BBM baru yang salah satunya berasal dari “Triton” (Ya, aku mengganti sendiri Display Namenya :D). BBM itu membahas tentang namaku. Aku tidak peduli saat itu dia hanya iseng, kurang kerjaan, atau sedang tidak ada ide untuk menghubungi siapapun, yang pasti perutku terlonjak hingga ke paru-paru rasanya. Persis rollercoaster yang mendadak melambung ke atas. Beberapa menit setelahnya aku linglung dan tidak tahu apa yang sedang dan akan aku lakukan. Konyol! Haha

Dia tahu arti namaku, berikut filosofinya!!!!!!!! Karena hidup ini rollercoaster, maka saat itu, dia adalah Tornado bagiku. Hahaha :p

Guess what, beberapa hari sebelumnya aku sempat browsing arti namanya walaupun pada akhirnya aku bingung dan akhirnya aku mendapatkan penjelasan langsung dari sang Pemiliknya sendiri :D
Ah, rollercoaster ini! Yang awalnya aku merasa harus berhenti dari kekonyolanku karena menggilainya, merasa bahwa hidupku harus kembali normal, kemudian aku dihentakkan untuk kembali bebal mengidolakannya :D Life is a rollercoaster, and you, Triton, Prince of Sea Kingdom, you’re a Tornado! J





Kamis, 25 April 2013

KEMBALI NORMAL

Setelah beberapa ratus jam, puluhan ribu menit, puluhan juta detik...

Siapa tahan hidup dalam ketidakpastian, kegamangan yang sebenarnya tercipta sendiri karena kadang manusia memang tak sadar apa yang 'benar' diinginkannya. Kondisi dimana diri sendiri bahkan tak sudi untuk diselami dan dikenal baik sebagai teman akal sehat yang masih tersisa. Hahaha
Ada kalanya memang perasaan sejenis itu muncul karena dalam menyadari sebuah keinginan, tidak terjadi sinkronisasi yang bersinergi antara hati, akal sehat, dan daya. Dimana hanya ada prestasi sebatas 'tahu' apa yang menjadi keinginanmu. Sementara tarik ulur antara idealisme dan realisme terus bergemuruh menyesak hati dan pikiran.
Aku merasakannya belakangan ini. Aku tahu apa yang menjadi kehendak hatiku. Tapi aku ragu. Maksud hati dan akal sehat bersama rasionalitas beradu. Tidak setuju.
Namun sekarang setelah aku belajar dari segala ketidakpastian yang bersedia untuk lebih bersahabat, aku tahu aku banyak belajar dari sebuah perasaan yang tidak dapat dengan akurat dipastikan penjelasan pertanggungjawabannya. Seingatku, ini bisa menjadi arena baru untuk belajar tentang perbedaan. Dari perbedaan yang membebani, aku mendengar sebagian hatiku meyetujui kalimat; "Bagaimana mungkin sebuah kapal dengan dua nahkoda yang sama-sama memegang kendali?"
Kemudian sebagian kebebalanku bepihak pada kalimat sejenis "Impossible is nothin. Kalo memang kamu niat, dijalanin aja dulu. Pasti bakal ada jalannya nanti"
Terlepas dari konflik pribadi tentang sebuah perbedaan, bahwa perasaan ini memang melibatkan banyak pertimbangan untuk aku berani mengembangkannya menjadi perasaan yang lebih serius. Ternyata ada juga pribadi lain yang menginginkan dia, Triton. Kita berteman akrab. Bersyukurlah aku karena sesungguhnya mereka lebih cocok. Aku lebih punya alasan masuk akal dan nyata untuk mengendalikan perasaan ini. Perasaan konyol dan tolol ini. Pada akhirnya, kerumitan dari semua ini berekskalasi menjadi kegusaran karena tetap saja ini adalah tentang ketidakpastian. Bukan pada siapa-siapa. Ini tentang aku, diriku sendiri, dan keberanianku. Bodoh. Sejak kapan aku masuk ke dalam front manusia-manusia yang dengan berani secara nyata memperjuangkan perasaannya? Sejak kapan aku menjadi pribadi yang semasuk akal itu?
Cukuplah tahu, Ini adalah tentang aku dan keabsurdan. Aku hanya punya rasa, tanpa keberanian. Aku hanya punya rasa, tanpa rasionalitas. Hanya sesedarhana aku, triton, dan apa mauku (sebenarnya). Tapi lagi-lagi. Aku bahkan tidak tahu mauku atas semua ini. Dan, lagi-lagi aku merasa harus tahu diri atas perbedaan antara kenyataan dan seharusnya.
Di antara aku dan raguku, ada kesadaran bahwa aku sedang tidak menjadi diri sendiri untuk keinginan ini. Memulai SEGALA SESUATU lebih dulu- bukan aku. Selalu mencari lebih dulu- bukan aku. BUKAN AKU! Aku rasa, aku berhak menjadi diri sendiri untuk mendapatkan apa yang aku inginkan :) Bukan menjadi orang lain sebagai legitimasi dari usaha untuk mencapai keinginan. Uniknya, sejauh ini aku berterimakasih untuk mengenalkanku pada dunia menyenangkan yang sebelumnya belum pernah kutemukan di kotak kehidupan siapapun.
Triton, Hypnos, Erebus, dan Nyx. Bahwa ada juga pribadi yang memilih Athena daripada Aphrodite, dan berharap Poseidon melindunginya :)
Nice to meet you...

Aku sendiri masih tidak sepenuhnya tahu, juga tidak sepenuhnya ingin menyadari bahwa sudah saatnya wacana tentang keinginan ini ditegaskan. Bahwa memang seharusnya hanya ada rasa mengagumi buatmu. Tidak lebih dari itu. Seharusnya. Ya,seharusnya. Semoga "dia" yang kamu maksud di kalimat "wait till she reads this tomorrow morning... " adalah memang manusia yang semakin membuatku sadar bahwa ini hanya sebatas keinginan konyol yang mengabaikan sejuta alarm yang sejauh ini sudah memperingatkanku tentang perbedaan itu, tentang persahabatan yang lebih berharga, tentang menjadi diri sendiri dalam upaya memperoleh sesuatu dan tentang rasionalitas! Semoga.
But somehow, very nice to meet you, T! 

Karena aku telah tahu "dia" yang di hidupmu. Aku berharap hiduku, cara pandang dan lakuku bisa kembali normal. Sedikit lebih waras setidaknya. :)





Kamis, 18 April 2013

DEWA LAUT-KU HIDUP KEMBALI! :D


Aku pernah merasa bahwa aku jatuh cinta pada Laut. Dewa Laut. Sayangnya dia tidak pernah ada. Mungkin itu hanya bagian dari kegilaanku. Hingga saat ini, ketika aku sudah dibesarkan oleh dunia dan kenyataan, bahwa hidup harus realistis. "Simpan angan konyolmu, kecuali kau sudah bosan membuat orang menganggapmu waras."
Oke. Kemudian aku mengubur hidup-hidup dewa lautku. Setidaknya aku hanya membiarkannya hidup dalam imajinasi(konyol)ku.
Tapi ternyata, Dewa Laut itu ada! Aku bertemu dengannya siang ini! Dalam dimensi ruang dan waktu yang hanya sejauh kontak messenger :))

Meskipun aku hanya kagum dan tidak sebegitunya mencintai sejarah peradaban Yunani dengan sangat. Setidaknya aku tahu dan pernah membaca bahwa Yunani memang memiliki sejarah eksotis yang unik dan tidak heran jika banyak orang menyukai, bahkan mencintainya. Namanya "Mitologi". Sejarah peradaban hebat yang legendaris, penuh gambaran kehidupan, kisah elegan yang membangun sebuah budaya, pola pikir dan nilai masyarakatnya. Aku bukan pecintanya. Aku hanya kagum. Menurutku, keduanya berbeda. Pecinta adalah mereka yang dengan telaten mau memahami secara sungguh-sungguh Mitologi tersebut. A hingga Z, kembali ke A lagi. :D
Para pecinta tidak hanya tahu, tak sedikit yang benar-benar menghidupi kekaguman mereka. Entah bagaimana. Selayaknya orang yang "mencintai ", mereka benar-benar sungguh mengerti sebagai hasil upaya mereka untuk memahami apa yang dicintainya selama ini. Sayangnya, aku bukan bagian dari mereka. Aku hanya sedikit tahu berbekal sedikit  banyak penasaran. Faktanya, keunikan mitologi itu memang bisa menggelitik bagian otak yang bahkan selama ini tidak mau tahu tentang apapun.
Setidaknya lagi, meskipun aku bukan pecinta, aku punya imajinasi tinggi untuk mengekspresikan kekagumanku pada mitologi itu. Aku punya banyak konstruksi olahan pribadi tentang sosok-sosok dewa dewi itu. Hahaha. Aku pernah membayangkan eksistensi dewa laut yang gagah, bijaksana, karismatik, mengerti, dan mengayomi. Tidak tahu darimana datangnya kesoktauan ini, atau apa yang membuat aku berpikir dan membangun dewa laut itu dalam pikiranku. Konyol.
Mungkin dewa laut versi imajinasiku adalah kombinasi dari kekagumanku pada laut dan pada mitologi hebat itu.
Menurutku, laut adalah ruang paling ajaib yang Tuhan ciptakan di dunia ini. Seburuk apapun yang dibawa saat datang, angin, ombak, burung, horizon cakrawala, matahari, berlian air, dan pasir, semuanya bekerjasama secara ajaib untuk mengubahnya menjadi kebaikan yang menentramkan hati. Aku tidak mengatakan bahwa laut adalah penyelesai masalah. Yang ketika kamu datang dengan hati resah karena hutang triliunan, kemudian laut bisa membuat hutangmu lunas seketika. Bukan.
Laut adalah salah satu keajaiban semesta yang memberikan penghiburan. Laut adalah tempat terbaik untuk mendengarkan alam yang bisa memberi semangat untuk jiwa yang lelah. Setidaknya itu laut; bagiku, dan bukan bagi mereka yang punya phobia pada air atau laut :D

Dewa laut yang selama ini hidup di benakku hanyalah turunan rasa cintaku pada laut. Kemudian aku kagum pada mitologi Yunani yang membawaku untuk mengagumi orang yang juga mengagumi (bahkan menurutku mencintai) mitologi Yunani ini. Maka kemudian ketika aku bertemu orang semacam ini, Dewa Laut-ku seolah benar-benar hidup dan nyata. Hahaha. Sedikit tolol. :p
Peduli apa, yang aku tahu, aku (baru saja) bisa berkomunikasi dengan dewa laut yang unik itu. Pribadi yang menurutku memang pantas untuk dikagumi (and FYI, aku mengaguminya sejak pertama melihatnya di sebuah sesi pertanyaan dalam sekolah diplomat tahun 2011- dia adalah salah satu penanya dalam sebuah sesi diskusi). Tunggu. Jangan asumsikan tulisan ini sebagai curhatan dari seseorang yang sedang jatuh cinta. Karena aku hanya sedang jatuh cinta pada kepribadiannya. Unik. Pintar. Cool. Karena aku juga tahu bahwa seandainya pun ada kesempatan, dia tidak diciptakan untukku. Dia dewa laut, dan aku? Aku hanya pengagum dewa laut itu. Pengagum yang dicipta dengan iman dan kepercayaan yang berbeda dengannya. :)





THE INDEPENDENCE of HAPPINESS

Free happiness stock for everyday. Anyone? Hahaha
Siapa sih nggak pengen hepi dalam hidupnya? Siapa juga yang pengen tiap hari nyesek , menderita luka batin kronis dan kemudian sakit layu hati akut sampe jadi "kering" trus mati rasa? NO ONE i think! :D
Sebenernya hepi itu simpel. Berbagi dalam hidup. Hahaha, masalahnya kadang orang mau berbagi juga masih pikir-pikir. Di satu sisi biasanya orang pelit akan sulit berbagi, dalam hal ini, orang pelit pasti akan selalu takut kekuarangan, that's why dia memilih untuk menyimpan semua bagi kebahagiaan pribadi. Sayangnya hidup nggak sesempit itu dan dunia nggak membutuhkan orang yang juga nggak mau terbuka sama dunia :)
Orang yang selalu takut dirinya kekurangan biasanya adalah orang yang serakah. Dulu ada dosen yang pernah cerita kalo kehidupan seseorang itu ibarat sebuah tanki, dan kasih sayang adalah sesuatu yang akan mengisi tanki itu. Jika tanki seseorang nggak pernah penuh, dalam artian mungkin dia orang yang nggak bisa bersyukur nerima kasih sayang orang lain (udah diisi tapi tanki-nya bochor), atau memang tidak pernah ada yang mengisi. Itu berbeda. Namun efeknya bisa sama, yaitu keduanya juga akan enggan untuk berbagi dengan tanki-tanki lainnya. Dia akan terus berusaha memenuhi tanki nya sendiri.
Sementara tanki yang sudah terisi, bisa saja mungkin pemilik tanki itu adalah orang yang love-able, sehingga hidupnya dikelilingi oleh banyak orang yang menyayanginya, atau dia memang pribadi optimis yang selalu berpikir positif sehingga membantu pemenuhan tanki itu sendiri karena dia percaya bahwa dia adalah pribadi yang diterima, dicintai, dan dihargai. Orang-orang beruntung seperti ini cenderung akan mau membagikan isi tankinya untuk yang lain. Mereka tidak akan pernah takut kekuarangan.
Sisi unik kebahagiaan kemudian juga berbanding lurus dengan keberadaan hal-hal dan orang-orang yang bisa membahagiakan. Lalu berarti kebahagiaan itu adalah sesuatu bersyarat. BIG NO i think! Percayalah, kebahagiaan itu tak bersyarat, cuma-cuma, dan bisa diciptakan. Kebahagiaan yang dikonstruksikan karena kepemilikan benda tertentu, atau pacar tertentu (hahaha), adalah kebahagiaan sempit dan terbatas. Ketika kebahagiaan dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, maka kita sedang menghambat kebahagiaan itu sendiri. Bahagia itu bebas, men~ ! Kebahagiaan itu independen. Kebahagiaan bisa diciptakan. Trust me (it works)! 
Kebahagiaan bisa dimiliki oleh siapa saja dan dalam keadaan apapun. Terlebih lagi kebahagiaan itu pastilah dimiliki oleh makhluk yang tahu bersyukur dalam hidup. Memang ada banyak hal di muka ini yang selalu bisa menjadi alasan orang galau, stress, dan nggak bahagia. Mulai dari ortu otoriter yang ngeselin, dosen rese yang doyan ngasih tugas tapi pelit nilai, temen-temen yang nggak pernah peduli, pacar yang ego-nya gedhe (bahkan nggak punya pacar), lingkungan sekitar yang sama sekali nggak ramah lingkungan (halahhh!), dan masih banyak lagi alasan lain yang bisa dimasukin daftar pemicu umur pendek karena ketidakbahagiaan. HELLO~ itu bahagia kuno, coy~! Cobalah upgrade pemahaman bahagia yang udah usang itu. Gimanapun kondisinya, setiap orang masih mungkin bahagia. Ya, kalimat ini mungkin terlalu idealis. Tapi cobalah lihat dari sisi lain yang bersebrangan buat menciptakan judgement terhadap kondisi :D
Misal :
seorang jomblo akan berpendapat bahwa mereka yang bukan kasta jomblo adalah orang-orang yang bahagia karena punya tempat berbagi, punya temen cerita yang pasti, punya temen makan, punya temen ketawa, punya temen buat barengan kemana-mana. Well, seolah-olah jomblo adalah kasta ternista di kolong langit ini yang diemban oleh mereka yang tidak atau belum beruntung dalam hidup.
Tapi taukah bahwa kemudian orang yang sudah in relationship pun tak kalah sering kagum, terpesona dan iri pada kaum jomblo (Terutama mereka yang ternyata nggak bahagia sama relationshipnya #ehhh). Mereka (para jomblo dan jombli) dipandang sebagai individu yang bebas, merdeka, nggak perlu sering nangis darah dibikin cemburu, diposesif-in, nggak perlu banyak ngeluarin duit buat sekedar nongkrong dan makan bareng, nggak perlu ngerjain tugas di waktu2 sisa sesudah jam kencan, yang pasti nggak banyak mikir ini itu soal pasangannya.
Haahahaha, tak dapat dipungkiri bahwa hidup memang proses saling melihat satu dengan yang lain, masalah relasi dan permusuhan, itu hanya proses setelahnya :D
Nah, dari permisalan sederhana di atas, maka sebenernya baik jomblo dan non-jomblo adalah pihak yang sama2 punya potensi bahagia. Karena kabar baiknya, as i write before, bahagia itu bisa diciptakan! Sederhananya, cari aja sisi menyenangkan dari setipa kondisi, kalo masih nggak ketemu juga,wait~ jangan kemudian buru2 nge-judge kalo kamu memang tidak bahagia, tapi mungkin memang kamu yang nggak pengen bahagia :)
Dengan kata lain, orang yang punya pacar, ya syukurilah keberadaan dia yang sudah Tuhan percayakan. Yang jomblo, ya syukurilah bahwa kamu punya kebebasan lebih untuk diri sendiri dan lihat sekelilingmu, tempat berbagi itu bukan cuma mereka yang dijelaskan dengan kata "pacar". Ada banyak tempat untuk menyalurkan kasih sayang kok :)
Yang punya dosen rese dan ortu otoriter, bahagialah juga, karena memang kalo kata Ahmad Dhani "Aoa itu hidup bila tidak ada masalah-masalah", hahahaha ;) Mereka adalah pihak yang dikirim untuk menempamu jadi lebih baik dan mantap untuk menghadapi gempuran hidup yang jauh lebih besar di luar sana.
Yang punya temen-temen cuek, itu artinya kamu sedang harus belajar untuk lebih peka dan ditantang buat jadi orang yang gigih memberi meski tidak menerima. Orang-orang macam ini biasanya adalah mereka yang sedang Tuhan tempatkan di masa-masa menabung kebahagiaan :D

Ohya, dan sekedar tips sederhana (yang konyol) untuk menjadi seorang jomblo yang aware sama hak kebahagiaannya, bahwa lebih baik jomblo tapi banyak temen (bahkan fans), daripada punya pacar dan itu cuma satu, sayangnya lagi itu pacar lebih banyak narik usus daripada narik urat senyum di wajah :D (semoga ini bukan pandangan yang menyesatkan dan mendoktrinasi mentah-mentah. hahaha). Pilihan ada di tangan setiap kita, bahagia itu bisa diciptakan, sifatnya gratis dan fleksibel, dia ada dimana-mana. Tinggal kepekaan kita aja untuk sadar akan keberadaannya atas hidup kita. Bahagia bertebaran dimana2. Tangkap, yaaa, setelah itu jangan lupa dibagiin. Nggak ada ceritanya orang murah hati itu akan berkekurangan kok. Share that free happiness for more free happiness! ;)




Senin, 15 April 2013

Ora et Labora

Hahaha rasanya udah kek ritual aja ya menggalau di malam hari, pas lagi di medan tempur melawan assignments kingdom ini pula. What a life!
Tugas membandel tiada habisnya. Jadi walaupun udah fighting sampe titik mental penghabisan, rasanya tetep kayak belum ngapai2in. Hahaha *cakar dosen*
Oke. Semangat. :)
Ngomong-ngomong soal semangat, aku jadi keinget sama masa kecilku dulu. Ya, meskipun lebih banyakan malu-maluinnya ketimbang kenangan sikap manis yang patut diingat, tapi aku bersyukur punya masa kecil yang... unik. Haha
Masih inget sama trik legendaris dari papa mama tiap aku pengen punya sesuatu, mereka pasti selalu tanya, "Emang mbak udah minta sama Tuhan?" Hahaha, sampe pernah waktu itu aku bilang, "Mama, aku bosen udah berdoa minta HP xxx (SENSOR!) nggak dikasih2 sama Tuhan". Nggak lama setelah aku ngajuin komplain durhaka macam itu, beberapa hari kemudian mama sama papa beliin itu HP. Manis!
Tapi kemudian, semakin kesini, aku semakin menyadari bahwa mereka mendidikku dengan cara yang begitu luar biasa hebat. Mereka pengen aku tau kalo semua yang terjadi dalam hidupku, cita2, mimpi dan pengharapanku, nggak ada satupun yang luput dari rencana dan acc dari Tuhan. Dan sekedar curcol aja, di masa kecilku, aku juga jadi matre sama Tuhan sejak aku tau dari mama kalo Tuhan tidak akan pernah mengecewakan anak-anakNya (yang mengasihiNya). Aku jadi nggak punya sungkan minta ini itu. hahaha
Tapi kemudian mereka juga mengajarkanku bahwa Tuhan hanya akan memberi apa yang terbaik buat anakNya. Aku belajar dari kejadian pas aku ngotot pengen belajar naik (BACA: mengendarai) motor, sementara aku sebenernya nggak pernah punya niatan buat akrab sama motor karena takut jatuh! Kayaknya aku besar di tengah2 era banyak kejadian kecelakaan yang bikin ngeri. Oke, walhasil pas aku maksain ngendarain motor (dengan hanya berbekal latian 3 kali puter lapangan super mulus bebas hambatan), aku jatuh di jalanan sekitar rumah. Nggak tahu kenapa, aku nggak pengen nyalahin siapa2, aku jadi tahu kalo itu salahku sendiri (yaiyalahhh!). Meskipun aku ngotot dan (ke)PEDE(an) karena awalnya yakin Tuhan bakal kasih aku kemampuan buat bisa mengendarai motor tanpa perlu ribet latihan muterin daratan berbatu. Faktanya, aku jatuh juga. Pertama, aku melangkah dengan iman tanpa perbuatan. Aku berani tapi aku nggak mau latian serius dan niat. Wajar kalo aku jatuh. Nah, dari situ juga aku inget kalo aku mulai kenal sama yang namanya "yakin bisa". Dua kata itu seolah pasal wajib yang ngeyakinin aku atas sinkronisasi antara usaha dan persetujuan dari Tuhan. Karena udah klise banget kalo manusia itu udah usaha, tapi masih bisa gagal, ya bisa aja karena faktor acc Tuhan diabaikan. Sebaliknya juga. Meskipun persetujuan kehendak Tuhan itu sifatnya mutlak dan bisa diberikan tanpa syarat, tapi ya tetep aja namanya tebel muka kalo pengen nerima berkat dan anugerah tapi nggak mau usaha. Ibaratnya, besok ada ujian, trus malem ini tidur dengan beriman bahwa "yaudah, serahkan semua sama Tuhan" atau bahasa gombalnya ke Tuhan gini kira2, "Tuhan kan baik, pasti Dia menolong. Aku berserah. Good night". hahaha iyasih, mungkin2 aja kalo Tuhan memang kasih nilai A+ untuk ujian itu. Bukannya nggak mungkin karena memang anugerah Tuhan itu cuma-cuma dan unlimited bebas xplore, tapi gimana ceritanya kalo tanpa usaha masih punya muka buat bilang "yaudah, serahin semuanya ke Tuhan".
Hell-ooo, apa yang mau diserahin kalo usahanya aja nggak ada! hahaha
Bukannya nggak percaya kalo Tuhan sanggup beri anugerah gratisss tiss tiss sih, toh di dunia ini juga masih ada kata yang terdiri dari susunan huruf m, u, j, i, z, a, dan t, kok. Mujizat masih eksis di dunia ini, dan itu gratis. Tapi ya kira-kira, tau dirilah :) Semakin dewasa seseorang, dia akan semakin tau kalo dia bukan lagi entitas yang cuma bisa minta, trus komplain dan ngambek ketika nggak dikasih. Semakin bertumbuh pemahaman seseorang tentang dunia, dia akan peka bahwa untuk mendapatkan sesuatu dalam hidup membutuhkan usaha. Terlepas dari kehendak Tuhan sebagai acc tertinggi dalam setiap kejadian hidup manusia, tetep harus ada usaha yang dilakukan. Kenapa cuma pasrah dan berserah selagi masih bisa usaha? Kalopun itu memang 'jatah' kita, nggak ada salahnya kalo kita juga berusaha meskipun tanpa berusaha juga bakalan tetep jadi milik kita.
Ora et Labora itu indah coy~ SEMANGAT YAA!! :3




Jumat, 12 April 2013

MEMELUK SURYA, MEMELUK BULAN, SemMas :)

Ada banyak hal di dalam hidup yang tidak bisa dimengerti. Terlalu banyak hal absurd berkeliaran di luar dan dalam diri manusia itu sendiri. Tak disangkal, aku sendiri seperti salah satu dari ribu jutaan objek dan subjek absurd itu, mungkin. :D
Ada banyak hal yang ingin dimengerti, tapi tak bisa dimengerti atau tak boleh dimengerti, atau telah dimengerti meskipun sebenarnya tak boleh dimengerti.
Hahaha, hidup begitu rumit bukan?
Hidup memang tak berbeda khayalnya dengan ketika manusia harus bisa memeluk surya dan memeluk bulan. Ada banyak hal yang harus dikejar untuk terdengar hebat di sepasang telinga insan lain. Di antara banyak hal tersebut, tidak sedikit yang seringkali tak masuk akal. Memang pasti terdengar hebat ketika seseorang bisa memeluk awan dan menemui mimpi. Haha, tapi tentu juga terdengar terlalu aneh untuk digaunggemakan di setiap gendang telinga yang mendengar. Faktanya, keduanya hanya bisa dijumpai di dunia Tinkerbell. Jangan tanya kenapa, apa, dan bagaimana, karena hingga deretan huruf ini, saya tidak tahu apa yang sebenarnya ingin saya tuangkan. Yang pasti ini muncul dari kegalauan kejutan untuk presentasi pada hari Senin minggu depan.
Perkenalkan, namanya Semmas :)
Aiih, namanya Semmas, "seminar masalah", dari namanya pun saya tidak menyalahkan jika kemudian mata kuliah ini adalah tekanan terbesar untuk semester ini. Entah karena namanya yang memang sudah bermasalah sehingga pelajar mata kuliah ini bermasalah, atau karena ketika mempelajarinya orang kemudian menjadi bermasalah, hingga kemudian diberi nama mata kuliah "seminar masalah". Ah, entahlah dan terserah, yang pasti saya pusing. Inilah rasanya ketika harus memeluk surya di malam hari dan memeluk bulan di siang hari. Oh, tidak, saya yang lebay, mungkin presentasi ini tak se-utopis itu. Presentasi ini nyata. Tak beda dengan memeluk surya di siang hari. Terdengar lebih logis dengan tingkat kemungkinan yang lebih besar, tapi TETAP saja sulit. Hahaha. Inilah salah satu dampak laten dari fakta : Ketika takdir tak bisa dimengerti, Ketika ternyata semmas tak puas hanya dengan membuatku tidak bisa menikmati tidur hingga ayam berkokok, Ketika dari puluhan orang yang ada di dalam kelas ternyata namaku ada di salah satu dari 3 orang yang harus presentasi pertama. Terimakasih, Semmas Sayang :)
Tapi teramat besar terimakasih, Tuhan. Karena tidak ada sesuatu yang terjadi di luar rencanaMu. Terimakasih untuk setiap kejutan dalam hidup yang indah dan kadang (atau bahkan sering) tak bisa kupahami ini. Terlepas dari semua itu, terimakasih sudah memberikan aku kesempatan untuk belajar dari berbagai cara,  untuk mengerti bahwa :
"Tidak perlu menyesali setiap apa yang terjadi, bahkan seolah pilihan terburuk pun selalu adalah yang terbaik bagi kita.  Karena cepat atau lambat, manusia akan mengerti bahwa pilihan yang seolah terburuk pun adalah selalu yang terbaik baginya."
Life is precious. *dubber : BCL*
So, live your life by love and laugh lively. Cheers, *kemudian memeluk surya (kardus rokoknya) dan memeluk bulan(kalender)*. Yaaayyy, impossible is nothin!