Kamis, 09 Januari 2014

"MANNA". Don't "MANA?"

Bersyukur pagi ini tetiba kebangun buat doa pagi lagi. Walaupun awalnya setengah hati tapi akhirnya berhasil dibikin melek karena keder disindir sama Firman Tuhan pagi ini. Beberapa hari terakhir aku emang sengaja nggak sengaja melewatkan doa pagi. Rasanya dunia ini jungkir balik dan hectic banget sama yang namanya skripsi. Sebagai kompensasi stress dan ketidaktenanganku, aku nyoba buat stay di rumah lebih lama. Pengen ngebandingin enakan mana ngerjain di rumah sama di kosan. Meskipun beberapa kondisi di rumah lebih mendukung. Asupan gizi dan nutrisi yang lebih menjamin prospek skripsi yang berkualitas, jaringan modem yang nggak kayak di goa, dan opsi hiburan yang lebih banyak, merupakan beberapa yang bisa disebut sebagai keuntungan ngerjain skripsi di rumah. Di sisi lain, ternyata atmosfernya tetep beda. Mungkin karena efek kalo di kosan nggak banyak yang bisa dilakuin, giliran di rumah, ada aja yang bisa dilakuin. Ironisnya, banyak hal yang bisa dilakuin itu justru bikin rasa takutku tersangkal dan bukan teratasi. Idealnya, stress dan takutku ini bisa diatasi dengan satu-satunya jalan yaitu cepet nemuin teori, ngerjain bab 1-3, konsul, sempro, konsul, tes IC3, kompre, dan wisuda. Pasalnya, selama di rumah, aku selalu berusaha menghindari rasa takut. Yang ikut bokap nyokap mondar-mandir sama urusannya lah, yang download jurnal tapi nggak dibaca lah, yang justru rempong mikirin konsep café dan pengen join sama temen bikin café lah, yang ngejelajahin semua channel TV dan kemudian selama berhari-hari berkutat sama channel musik Pakistan (yang berakhir pada upaya mendownload beberapa lagu yang catching ears), nonton channel berita India yang jelas-jelas nggak bisa baca karena tulisannya devnagri-an semua, nonton Dora sama Sponges Bob pake bahasa India, nonton channel Perancis sampe mau muntah (karena dengerin pelafalan ngomong mereka. Hahahaa). See? Rasa takut dan kuatir tetep ada. Yaiyalah! Sampe akhirnya aku kumpulin niat buat lebih serius. Tidur pagi demi mencerna kalimat-kalimat jurnal yang keras banget bahasa lidah kejunya. Voila! Hasilnya justru sering bangun kesiangan dan nglewatin doa pagi. Aku ngerasa tetep aja semua ini susah. Aku nggak paham. Bingung mau teori yang mana (sambil ngutukin dosen yang nolak aku pake konsep dan nyuruh aku make teori aja tanpa mau kasih rekomendasi referensi apa kek!).
Nah, pagi ini bagian alkitab yang udah lama aku tinggalin sampe di Keluaran 16. Ceritanya tentang manna surgawi. Di sini aku berasa kena tampol dua loh batu Musa. Intinya berdasarkan perenungan yang masih dangkal banget. Aku ngerasa kondisiku yang rajin ninggalin doa pagi karena tidur pagi demi kelabakan ngumpulin bahan dan teori ini nggak jauh beda sama Israel. Di perikop itu diceritain kalo bangsa Israel selama di padang gurun ini dipelihara Tuhan melalui manna surgawi. Manna ini sejenis makanan yang (katanya) rasanya kayak kue madu (aku sendiri belum tau kue madu seperti apa yang dimaksud) dan secara ajaib diturunkan oleh Tuhan dari langit seperti embun yang membeku. Yang mencuri perhatianku adalah ketika Musa (nabi yang saat itu memimpin rombongan Israel keluar dari Mesir) menyampaikan pada bangsa ini, intinya ambillah manna itu secukupnya. Maka yang mengambil banyak tidak kelebihan dan yang mengambil sedikit juga tidak kekurangan. Dan Musa bilang supaya jangan ada yang ditinggalkan untuk disimpan manna itu (sehari harus langsung abis kali ya). Dengan kata lain ya ambillah secukupnya. Tapi ketika ada yang meninggalkan untuk disimpan, hasilnya adalah manna itu menjadi busuk dan berulat. Nah, di sini aku nangkep kalo kejadian busuknya manna itu semacam ulah oknum yang takut banget kekuarangan stok. Padahal waktu itu dikisahkan kalo setiap hari Tuhan menurunkan dari langit kecuali hari Sabat. Seringkali manusia emang gitu (termasuk aku), kuatir kekurangan sampai akhirnya melakukan hal-hal yang berlebihan tapi hasilnya zonk! Menurutku, Tuhan itu memang sudah mengatur porsi kita. Dia sangat tahu kebutuhan kita. Jadi sebenernya tinggal ikutin aja kalo nggak mau sia-sia. Sama seperti ketika Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk mengambil lebih banyak sebelum hari Sabat (karena pada hari Sabat manna tidak akan diturunkan) dan ketika bangsa itu mengambil lebih banyak dan disimpan untuk keesokan harinya, manna itu ternyata nggak busuk dan berulat.
Sama halnya kek Israel, aku jungkir balik sok sibuk ngejejelin isi jurnal ke otak sampe ngelewatin jam doa. Dan hasilnya pun aku ngerasa belum nemu apa-apa. Aku pun ngerasa nggak jauh beda sama Israel yang menurutku bandel, skeptis sama pemeliharaan Tuhan. Bahwa Tuhan sudah menyediakan sesuai kebutuhan. Harusnya tinggal nurut aja. Toh apa yang kita lakukan di luar porsi kita, malah berpotensi sia-sia kalo Tuhan nggak berkenan (sama kek nasib manna yang disisakan dan akhirnya busuk dan berulat). Jadi intinya, belajarlah mencukupkan diri dan percaya sama pemeliharaan Tuhan. Tuhan sudah atur bagian kita, tapi bukan berarti aku memprovokasi buat santai-santai nunggu berkat. Toh di kisah manna surgawi ini bangsa Israel juga nggak lantas nongkrong-nongkrong nungguin manna nya masuk ke dapur kemahnya sendiri. Tentu mereka juga beraksi, memungut dan mengumpulkan manna itu. Poin lainnya adalah dengerin instruksi Tuhan dan percaya aja. Instruksi juga nggak dateng gitu aja. Kita butuh mendekatkan telinga dan hati buat Tuhan. Nikmati manna secukupnya dan jangan tanya “Mana? Mana?” terus. Percaya aja, nggak ada kelebihan yang sia-sia, dan nggak ada kekurangan. Semuanya cukup. :))))


Kalo pengen baca Keluaran 16 nya. Check it out here http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Kel&chapter=16 or http://www.biblegateway.com/passage/?search=Exodus+16 (New International Version)

Don't ever worry, and happy enjoying your manna! :D





Tidak ada komentar:

Posting Komentar