Minggu, 28 April 2013

"IF ONLY"

"If Only"

Kedengerannya nyesel ya? Iya. :’)

Kadang aku nggak habis pikir sama hidup ini. Setauku ini semua hanya seperti siklus yang melelahkan. Setauku juga, di dalam siklus itu juga aku selalu bekutat pada lingkaran yang salah untuk punya perasaan bodoh semacam ini. Tergila-gila pada orang yang entah kenapa, bisa dikatakan salah atau lebih tepatnya ‘tidak seharusnya’! Aku punya segudang teman lucu, baik, bodoh, pintar, suka berdebat, suka olahraga, kritis, jorok, kasar, pelit, cool, perhatian dan seiman. Tapi kenapa dari sekian banyak kategori, seandainya aku memilih, tidak ada seorangpun yang bisa membuat aku segila ini?! Justru kegilaan itu sumbernya dari kamu! Iya, kamu, Triton, Putra Poseidon, kakak tingkat yang hanya karena ia mengangkat tangan untuk melontarkan pertanyaan dalam sebuah diskusi sekolah diplomat- langsung mencuri perhatian, dan manusia yang belum ada sebulan ini aku berhasil mendapatkan pin BBnya.

Aku tidak tahu kesalahan ada di pihak mana dan bersumber dari siapa. Atau bahkan aku tidak tahu apakah ini benar bisa dikatakan sebagai sebuah kesalahan atau bukan. Yang aku tahu, akhir-akhir ini - seolah semesta memberikan jalan untuk ‘perhatian’ yang pernah tersita tahun 2011 lalu, untuk kembali muncul ke permukaan, dan kembali tersita tentunya!
Kamu memang sebenarnya tidak perlu tau betapa gilanya aku setiap hari, yang ingin selalu tau apa yang kamu lakukan, bagaimana harimu, apa saja yang kamu alami. Kemudian aku harus mencukupkan diri hanya dengan melongok timeline twittermu. Atau kemudian jika aku berani mengabaikan tantangan sakit perut dan pusing mendadak, aku memberanikan untuk memulai obrolan di BBM. Ini harus selalu ditebus dengan gelisah tak terjelaskan, antara takut dan senang. Aku senang karena aku bisa menikmati setiap cerita yang kamu bagikan. Dan aku selalu takut dari usainya semua itu. Bagaimanapun aku harus tahu diri. J
Tentu kamu juga tidak pernah tahu bahwa di sisi lain aku selalu menyesal dan membenci diriku sendiri. Kenapa aku harus melonjak senang ketika kamu membalas BBM, tapi juga kemudian gusar karena aku selalu mengawali semua obrolah kita. (Seingatku hanya ada satu topik dimana kamu memulai lebih dulu – tentang nama – dan betapa semakin gila aku setelahnya!) Yayaya, apalagi jika bukan ‘aku harus tau diri’ dan ‘siape gue siape lo’. Setidaknya 2 kalimat itu yang selalu mengkompensasi kegusaran untuk rasa lelah menjadi pihak yang seolah harus mengejar. Maaf, aku tidak pernah bermaksud mengejar. Aku hanya ingin tau banyak tentangmu. Konyol? Memang.

Tentunya kamu juga tidak tau bahwa hingga detik aku mengetik huruf-huruf ini, aku sangat senang karena sudah memiliki 48 foto Triton. Fotomu. Foto yang terakhir aku simpan ‘diam-diam’ (jika tidak ingin dikatakan mencuri), mungkin foto yang diambil di waterboom. Ya, hari ini kamu menikmati water day, kan? Hahaha. Seharian ini juga aku terus mengintip Recent Updates di BBM. Berharap bisa menemukanmu membuat status atau sekedar mengganti display picture.

Untuk mengalihkan perhatian karena gilaku atas candu perasaan ini, hari ini aku juga mengontak semua teman-teman facebook, twitter, dan BBM. Untuk apa?  Tentu saja untuk bertanya pada mereka, satu-persatu dengan mengirimkan pesan yang sama;
“Pagi, (A / B/ C/ Beli/ Mbok), boleh nanya dong, tau tempat jual leg rope second (yang bagus tapi harga bersahabat) di sekitar Badung, nggak? Please infonya ya kalo tau. Makasih :D”
Malam sebelumnya, aku membuat broadcast message yang dengan hati-hati aku kirim ke setiap kontak BBM yang telah aku pilah, untuk memastikan bukan kamu atau orang yang berpotensi membaca status twittermu tentang leg rope Triton. Belum cukup disitu, entah dimana ujungnya, yang jelas aku juga merasa konyol ketika kemudian aku mulai mencari informasi di internet. Aku menemukan salah satu website yang menjual leg rope dengan diskon yang sangat besar, meskipun itu bukan Rip Curl seperti yang awalnya kamu buru. Tapi menurutku, setidaknya ini lebih baik daripada kamu harus membeli secondhand stuff. Dan konyolnya lagi, tiba-tiba aku ngeri ketika membayangkan kamu salah membeli leg rope yang justru kemudian membahayakanmu. Pada akhirnya aku ragu untuk menunjukkan hasil pencarianku hari ini untuk Tritonmu.

Damn, i hate to be like this. I do hate these madness thogh I always enjoy every stupidity that i did from those madness.
Kamu. Rasanya tidak mungkin, dan rasanya tidak seharusnya aku seperti ini. Aku berharap bisa mundur perlahan (atau secepatnya) atas perasaan ini ketika aku berpikir bahwa kamu masih mencintai dia. The last girl you date. Atau, kamu masih punya kenangan tidak mengenakkan tentang dia dan hubungan kalian. Aku dengar kalian sudah putus. Tapi sepertinya kamu masih menyimpan banyak hal dari hubungan kalian. Aku tidak tau ini insting, intuisi, atau ngawurising dan sotoyisi. Tapi ini hasil kesimpulanku dari pengamatan rutin pada timeline twittermu. Asal tau saja, aku berharap semua ini salah. :’) Secara implisit kamu menulis status yang tentu masih berbau isi hatimu atas dia, pacarmu entah mantan pacarmu. Aku berani menyimpulkan pengalaman tidak mengenakkan itu juga dari kesarkasanmu yang tersirat pada status twitter yang menunjukkan tuduhan negatif untuk istri masa depanmu. Kalimat :
“Wondering...Kalo aku ntar pas udah nikah trus mati, kecelakaan gitu, istriku bakal gimana ya...”
KEMUDIAN...
“Paling ketawa ngakak terus nyari suami baru...*snort”
Keduanya seolah sama-sama menyiratkan ketidakpercayaanmu pada keberadaan kasih tulus yang akan dianugerahkan buatmu kelak. Ironis! Entah bodoh atau konyol. Mana ada seorang istri ditinggal mati suaminya dan kemudian melakukan hal setidakmanusiawi itu. Seandainya aku punya kapasitas untuk mengingatkanmu bahwa ketika kamu disakiti oleh seseorang, bukan berarti semua makhluk yang hidup di muka bumi ini dan disebut orang, akan menyakitimu. Tapi aku sendiri merasa berpotensi mendapat efek mirror image jika seandainya aku benar bisa mengatakan itu padamu. Faktanya aku pernah berada di posisi itu.
Intinya, aku tidak tau darimana semua kegilaan, kekonyolan, dan keanehan ini berasal, dan bagaimana serta kapan aku harus mengakhirinya. Yang pasti aku bersyukur meskipun semua rasa berharga ini harus disimpan dalam gema kesunyian :’)

Yang pasti juga, aku tidak berharap lagu sialan ini benar-benar terjadi di hidupku!


 I thought it wasn't wrong, To hide from you, Simple truth.

I was scared, I felt it all along, But it hurt to much for me, to share.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to. If Only I, could change your mind,
If Only I had known, If Only I had you...

Finally understand, Why things have happened, And how it all could go so wrong.
Will this pain ever end? 'cause I don't think I can carry on.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to.
If Only I, could have spoke my mind, If Only it were true, We could start brand-new
I know I'll make it through
If Only I had you
If Only I had you
If Only I had you

"IF ONLY"....




Sabtu, 27 April 2013

Life is a Rollercoaster and You’re a Tornado


Kata Ronan Keating, “Life is a rollercoaster, Just gotta ride it”

Indahnya hidup, seandainya sesimple itu. Ahya, hidup memang simple sih sebenernya. Tapi setidaknya hidup itu cukup rumit pada kenyataannya J Ya terserah sih, lagipula hidup itu kan tentang ‘kacamata’ apa yang sedang kita pakai :D

Setidaknya ketika Ronan Keating bikin lagu ini, bukan ngasal yang penting unik gitu ya. Setidaknya menurutku, dia nggak cuma nyanyiin, dia juga ciptain, maka logis banget kalo kalimat itu bisa dibilang sebagai karya yang ga jauh-jauh dari pengalaman hidupnya. Entah dari melihat, mendengar, mengamati atau even itu wahyu dari alam semesta. Jadi memang hidup itu rollercoaster. Kita bisa ketawa, nangis, atau bahkan jetlag sampe pucat dan sakit pas naik. Banyak sensasi, banyak rasa, banyak pikiran jelek (terlebih lagi kalo orangnya parno-an trus kebanyakan nonton film Final Destination). Begitu juga hidup yang hidup. Pasti banyak kejadian ini itu, rasa ini itu. Beda juga, kan, ketika kita naik rollercoaster, tapi mesinnya mati. See?
Begitu juga yang aku rasain akhir-akhir ini. Rollercoaster yang sedang aku naiki ini mendadak ngebuat aku ngerasa kalo ini bagian dimana rollercoasterku sedang pada tempo yang unpredictable, full of surprise, daaann... bikin jetlag  sana sini. Mulai dari ditunjuknya aku buat maju semmas di pertemuan pertama sejak UTS. Plisss.. aku sempet ngerasa dosennya mau kasih aku pelajaran karena selama ngerjain, aku cuma konsul 2x dengan dua judul yang beda. Trus pas ngumpulin aku balik ke judul pertama yang aku ganti scope topik dan teorinya. Hahaha. Otomatis jetlag, stressss, dan nggak ada ketawa tulus selama hari-hari penantian eksekusi itu. Ditambah lagi, pas hari aku harus diadili dan mempertanggungjawabkan tulisanku, salah seorang penyanggah yang sudah dosen hadiahkan untukku ternyata nggak masuk, sodara-sodara!
Pasalnya dia telat dan peraturannya memang kalo telat ngga ada lisensi masuk kelas. Tidak berhenti di situ, jetlag terus terekskalasi ketika akhirnya dosenku dengan manis menawarkan diri untuk menggantikan peran penyanggah yang malang itu :’) Oh, aku berharap rollercoasterku berhenti saat itu juga biar aku bisa turun aja sebelum semua isi perutku keluar secara tak beradab -__-

Akhirnya dengan mencoba berlapang dada dan mengandalkan belas kasih sang Mukhalis, aku maju juga demi masa depan. Hahaha. Setelah mual selama beberapa puluh menit dan berdiri di depan para hakim mulia tersebut, akupun bisa tertawa senang karena meskipun aku harus memilih antara memperbaiki rumusan masalah atau mengganti teori, dosen bilang bahwa presentasi itu bisa membuat kelas hidup, aku banyak mendapat masukan *peluk dosen dan teman* Juga dosen yang berkata bahwa 3 presenter pertama ini merupakan 3 tulisan yang punya nilai lebih di kelas (pada saat itu, aku pun nggak peduli lebih. Yang aku tau, curiga berlebihku tentang dendam dosen karena aku nggak pernah konsul sirna  sudah. So sorry, dear Ma’am! ). Pada titik itu, aku sadar bahwa rollercoasterku sedang menyajikan babak kesenangan dalam permainan ini :D – kejadian ini berputar di hari Senin.

Hari selanjutnya, aku ngerasa hentakan rollercoaster yang lain. Kali ini berkaitan dengan pribadi yang terhitung sejak pertama aku berani mengontaknya, aku mulai semakin gila. Terhitung 9 hari hingga hari ini J Sejak 9 hari yang lalu dengan tangan dingin dan pertimbangan sejuta tahun cahaya, aku memulai interaksi di kontak BBM. Hahaha, konyol! Inget banget, padahal waktu itu cuma pengen tanya soal magang, dan plissss, gugupnya kebangetan. Nggak kebayang kalo nanya langsung K hahaha

Singkat cerita, setelah mendapat respon baik, aku semakin berani KEPO dimana-mana. Kalo dulu, sejak pertama kali ketemu, ngefans, dan aku PD banget nyari namanya di Google (dan nggak dapet hasil apa2 karena aku cuma tau nama panggilannya—itupun nanya temen!). Sekarang ada kemajuan, aku BBMan, aku ngobrak abrik twitter Himahi berharap dia pernah dimention (dan berharap ID twitternya masih pake namanya). Daaaaann... guess what! I found him! (backsound : We are the Champion) :p
Sejak itu aku rajin banget buka timeline nya, sampe2 kalo udah masuk ke ‘search’, namanya udah terpampang rapi secara otomatis. Hahaha. Misi kepo terus berlanjut sampe ke peradaban FB yang bikin aku ngesave 45 fotonya. And surpriseeeee! Ada foto mbak2 cantik di timeline photonya. Haha. Awalnya aku nggak peduli banget sih. Cuma penasaran aja. Tapi tiba2 jadi sakit perut juga pas aku tau dia ngobrol sama temen2nya di twitter. Malangnya, emang dasar dari awal udah ngerasa ‘insecure’ sejak lihat foto itu, ditambah obrolan twitter yang membuat aku menyimpulkan bahwa dia dan hatinya sudah ada yang memiliki. Saat itu juga aku merasa rollercoaster ini berhenti mendadak. Aku sakit perut nggak jelas tiap inget. Hahaha (diakui saja, ini berlebihan, tapi bukan berarti nggak pernah terjadi dan hanya fiktif belaka J). Maka kuputuskan untuk berhenti mengaguminya lebih jauh. Hahaha. Unfortunately, aku tetep aja kepo twitter, FB, PM BBM, dan tetep juga ngeliat2 fotonya yang khusus aku folderin atas nama Poseidon’s, dan nama foto Triton 1 hingga Triton 45. Hahaha. Aku memang bandel :’)

Di sisi lain, aku sudah memperingatkan diri sendiri untuk berhenti bersikap bodoh, konyol, dan segila itu. Tapi aku menulikan nurani. Aku terlalu bebal untuk menjadi sepenurut itu :p Kemudian sampailah dimana aku merasa perlu lebih tegas pada diri sendiri. Mengingatkan nurani bahwa aku tidak perlu merubah diri untuk hal ini. Aku tidak pernah ingin menjadi wanita agresif untuk menunjukkan perasaan. Aku juga mengingatkan diriku bahwa sejauh ini akulah yang banyak bertanya, menyapa dan mengontak. Ouch! Tidak butuh puluhan menit untuk kemudian aku merasa (harus) runtuh dan berhenti dari semua ini. Solusi terbaik adalah TIDUR (setidaknya daripada bercengeng2 ria)! Dan kejutan datang di kamis sore pukul 04.06pm menurut waktu BBM kala itu. Aku yang tadinya bermalas2an bangun, segera terlonjak demi melihat beberapa pesan BBM baru yang salah satunya berasal dari “Triton” (Ya, aku mengganti sendiri Display Namenya :D). BBM itu membahas tentang namaku. Aku tidak peduli saat itu dia hanya iseng, kurang kerjaan, atau sedang tidak ada ide untuk menghubungi siapapun, yang pasti perutku terlonjak hingga ke paru-paru rasanya. Persis rollercoaster yang mendadak melambung ke atas. Beberapa menit setelahnya aku linglung dan tidak tahu apa yang sedang dan akan aku lakukan. Konyol! Haha

Dia tahu arti namaku, berikut filosofinya!!!!!!!! Karena hidup ini rollercoaster, maka saat itu, dia adalah Tornado bagiku. Hahaha :p

Guess what, beberapa hari sebelumnya aku sempat browsing arti namanya walaupun pada akhirnya aku bingung dan akhirnya aku mendapatkan penjelasan langsung dari sang Pemiliknya sendiri :D
Ah, rollercoaster ini! Yang awalnya aku merasa harus berhenti dari kekonyolanku karena menggilainya, merasa bahwa hidupku harus kembali normal, kemudian aku dihentakkan untuk kembali bebal mengidolakannya :D Life is a rollercoaster, and you, Triton, Prince of Sea Kingdom, you’re a Tornado! J





Kamis, 25 April 2013

KEMBALI NORMAL

Setelah beberapa ratus jam, puluhan ribu menit, puluhan juta detik...

Siapa tahan hidup dalam ketidakpastian, kegamangan yang sebenarnya tercipta sendiri karena kadang manusia memang tak sadar apa yang 'benar' diinginkannya. Kondisi dimana diri sendiri bahkan tak sudi untuk diselami dan dikenal baik sebagai teman akal sehat yang masih tersisa. Hahaha
Ada kalanya memang perasaan sejenis itu muncul karena dalam menyadari sebuah keinginan, tidak terjadi sinkronisasi yang bersinergi antara hati, akal sehat, dan daya. Dimana hanya ada prestasi sebatas 'tahu' apa yang menjadi keinginanmu. Sementara tarik ulur antara idealisme dan realisme terus bergemuruh menyesak hati dan pikiran.
Aku merasakannya belakangan ini. Aku tahu apa yang menjadi kehendak hatiku. Tapi aku ragu. Maksud hati dan akal sehat bersama rasionalitas beradu. Tidak setuju.
Namun sekarang setelah aku belajar dari segala ketidakpastian yang bersedia untuk lebih bersahabat, aku tahu aku banyak belajar dari sebuah perasaan yang tidak dapat dengan akurat dipastikan penjelasan pertanggungjawabannya. Seingatku, ini bisa menjadi arena baru untuk belajar tentang perbedaan. Dari perbedaan yang membebani, aku mendengar sebagian hatiku meyetujui kalimat; "Bagaimana mungkin sebuah kapal dengan dua nahkoda yang sama-sama memegang kendali?"
Kemudian sebagian kebebalanku bepihak pada kalimat sejenis "Impossible is nothin. Kalo memang kamu niat, dijalanin aja dulu. Pasti bakal ada jalannya nanti"
Terlepas dari konflik pribadi tentang sebuah perbedaan, bahwa perasaan ini memang melibatkan banyak pertimbangan untuk aku berani mengembangkannya menjadi perasaan yang lebih serius. Ternyata ada juga pribadi lain yang menginginkan dia, Triton. Kita berteman akrab. Bersyukurlah aku karena sesungguhnya mereka lebih cocok. Aku lebih punya alasan masuk akal dan nyata untuk mengendalikan perasaan ini. Perasaan konyol dan tolol ini. Pada akhirnya, kerumitan dari semua ini berekskalasi menjadi kegusaran karena tetap saja ini adalah tentang ketidakpastian. Bukan pada siapa-siapa. Ini tentang aku, diriku sendiri, dan keberanianku. Bodoh. Sejak kapan aku masuk ke dalam front manusia-manusia yang dengan berani secara nyata memperjuangkan perasaannya? Sejak kapan aku menjadi pribadi yang semasuk akal itu?
Cukuplah tahu, Ini adalah tentang aku dan keabsurdan. Aku hanya punya rasa, tanpa keberanian. Aku hanya punya rasa, tanpa rasionalitas. Hanya sesedarhana aku, triton, dan apa mauku (sebenarnya). Tapi lagi-lagi. Aku bahkan tidak tahu mauku atas semua ini. Dan, lagi-lagi aku merasa harus tahu diri atas perbedaan antara kenyataan dan seharusnya.
Di antara aku dan raguku, ada kesadaran bahwa aku sedang tidak menjadi diri sendiri untuk keinginan ini. Memulai SEGALA SESUATU lebih dulu- bukan aku. Selalu mencari lebih dulu- bukan aku. BUKAN AKU! Aku rasa, aku berhak menjadi diri sendiri untuk mendapatkan apa yang aku inginkan :) Bukan menjadi orang lain sebagai legitimasi dari usaha untuk mencapai keinginan. Uniknya, sejauh ini aku berterimakasih untuk mengenalkanku pada dunia menyenangkan yang sebelumnya belum pernah kutemukan di kotak kehidupan siapapun.
Triton, Hypnos, Erebus, dan Nyx. Bahwa ada juga pribadi yang memilih Athena daripada Aphrodite, dan berharap Poseidon melindunginya :)
Nice to meet you...

Aku sendiri masih tidak sepenuhnya tahu, juga tidak sepenuhnya ingin menyadari bahwa sudah saatnya wacana tentang keinginan ini ditegaskan. Bahwa memang seharusnya hanya ada rasa mengagumi buatmu. Tidak lebih dari itu. Seharusnya. Ya,seharusnya. Semoga "dia" yang kamu maksud di kalimat "wait till she reads this tomorrow morning... " adalah memang manusia yang semakin membuatku sadar bahwa ini hanya sebatas keinginan konyol yang mengabaikan sejuta alarm yang sejauh ini sudah memperingatkanku tentang perbedaan itu, tentang persahabatan yang lebih berharga, tentang menjadi diri sendiri dalam upaya memperoleh sesuatu dan tentang rasionalitas! Semoga.
But somehow, very nice to meet you, T! 

Karena aku telah tahu "dia" yang di hidupmu. Aku berharap hiduku, cara pandang dan lakuku bisa kembali normal. Sedikit lebih waras setidaknya. :)





Kamis, 18 April 2013

DEWA LAUT-KU HIDUP KEMBALI! :D


Aku pernah merasa bahwa aku jatuh cinta pada Laut. Dewa Laut. Sayangnya dia tidak pernah ada. Mungkin itu hanya bagian dari kegilaanku. Hingga saat ini, ketika aku sudah dibesarkan oleh dunia dan kenyataan, bahwa hidup harus realistis. "Simpan angan konyolmu, kecuali kau sudah bosan membuat orang menganggapmu waras."
Oke. Kemudian aku mengubur hidup-hidup dewa lautku. Setidaknya aku hanya membiarkannya hidup dalam imajinasi(konyol)ku.
Tapi ternyata, Dewa Laut itu ada! Aku bertemu dengannya siang ini! Dalam dimensi ruang dan waktu yang hanya sejauh kontak messenger :))

Meskipun aku hanya kagum dan tidak sebegitunya mencintai sejarah peradaban Yunani dengan sangat. Setidaknya aku tahu dan pernah membaca bahwa Yunani memang memiliki sejarah eksotis yang unik dan tidak heran jika banyak orang menyukai, bahkan mencintainya. Namanya "Mitologi". Sejarah peradaban hebat yang legendaris, penuh gambaran kehidupan, kisah elegan yang membangun sebuah budaya, pola pikir dan nilai masyarakatnya. Aku bukan pecintanya. Aku hanya kagum. Menurutku, keduanya berbeda. Pecinta adalah mereka yang dengan telaten mau memahami secara sungguh-sungguh Mitologi tersebut. A hingga Z, kembali ke A lagi. :D
Para pecinta tidak hanya tahu, tak sedikit yang benar-benar menghidupi kekaguman mereka. Entah bagaimana. Selayaknya orang yang "mencintai ", mereka benar-benar sungguh mengerti sebagai hasil upaya mereka untuk memahami apa yang dicintainya selama ini. Sayangnya, aku bukan bagian dari mereka. Aku hanya sedikit tahu berbekal sedikit  banyak penasaran. Faktanya, keunikan mitologi itu memang bisa menggelitik bagian otak yang bahkan selama ini tidak mau tahu tentang apapun.
Setidaknya lagi, meskipun aku bukan pecinta, aku punya imajinasi tinggi untuk mengekspresikan kekagumanku pada mitologi itu. Aku punya banyak konstruksi olahan pribadi tentang sosok-sosok dewa dewi itu. Hahaha. Aku pernah membayangkan eksistensi dewa laut yang gagah, bijaksana, karismatik, mengerti, dan mengayomi. Tidak tahu darimana datangnya kesoktauan ini, atau apa yang membuat aku berpikir dan membangun dewa laut itu dalam pikiranku. Konyol.
Mungkin dewa laut versi imajinasiku adalah kombinasi dari kekagumanku pada laut dan pada mitologi hebat itu.
Menurutku, laut adalah ruang paling ajaib yang Tuhan ciptakan di dunia ini. Seburuk apapun yang dibawa saat datang, angin, ombak, burung, horizon cakrawala, matahari, berlian air, dan pasir, semuanya bekerjasama secara ajaib untuk mengubahnya menjadi kebaikan yang menentramkan hati. Aku tidak mengatakan bahwa laut adalah penyelesai masalah. Yang ketika kamu datang dengan hati resah karena hutang triliunan, kemudian laut bisa membuat hutangmu lunas seketika. Bukan.
Laut adalah salah satu keajaiban semesta yang memberikan penghiburan. Laut adalah tempat terbaik untuk mendengarkan alam yang bisa memberi semangat untuk jiwa yang lelah. Setidaknya itu laut; bagiku, dan bukan bagi mereka yang punya phobia pada air atau laut :D

Dewa laut yang selama ini hidup di benakku hanyalah turunan rasa cintaku pada laut. Kemudian aku kagum pada mitologi Yunani yang membawaku untuk mengagumi orang yang juga mengagumi (bahkan menurutku mencintai) mitologi Yunani ini. Maka kemudian ketika aku bertemu orang semacam ini, Dewa Laut-ku seolah benar-benar hidup dan nyata. Hahaha. Sedikit tolol. :p
Peduli apa, yang aku tahu, aku (baru saja) bisa berkomunikasi dengan dewa laut yang unik itu. Pribadi yang menurutku memang pantas untuk dikagumi (and FYI, aku mengaguminya sejak pertama melihatnya di sebuah sesi pertanyaan dalam sekolah diplomat tahun 2011- dia adalah salah satu penanya dalam sebuah sesi diskusi). Tunggu. Jangan asumsikan tulisan ini sebagai curhatan dari seseorang yang sedang jatuh cinta. Karena aku hanya sedang jatuh cinta pada kepribadiannya. Unik. Pintar. Cool. Karena aku juga tahu bahwa seandainya pun ada kesempatan, dia tidak diciptakan untukku. Dia dewa laut, dan aku? Aku hanya pengagum dewa laut itu. Pengagum yang dicipta dengan iman dan kepercayaan yang berbeda dengannya. :)





THE INDEPENDENCE of HAPPINESS

Free happiness stock for everyday. Anyone? Hahaha
Siapa sih nggak pengen hepi dalam hidupnya? Siapa juga yang pengen tiap hari nyesek , menderita luka batin kronis dan kemudian sakit layu hati akut sampe jadi "kering" trus mati rasa? NO ONE i think! :D
Sebenernya hepi itu simpel. Berbagi dalam hidup. Hahaha, masalahnya kadang orang mau berbagi juga masih pikir-pikir. Di satu sisi biasanya orang pelit akan sulit berbagi, dalam hal ini, orang pelit pasti akan selalu takut kekuarangan, that's why dia memilih untuk menyimpan semua bagi kebahagiaan pribadi. Sayangnya hidup nggak sesempit itu dan dunia nggak membutuhkan orang yang juga nggak mau terbuka sama dunia :)
Orang yang selalu takut dirinya kekurangan biasanya adalah orang yang serakah. Dulu ada dosen yang pernah cerita kalo kehidupan seseorang itu ibarat sebuah tanki, dan kasih sayang adalah sesuatu yang akan mengisi tanki itu. Jika tanki seseorang nggak pernah penuh, dalam artian mungkin dia orang yang nggak bisa bersyukur nerima kasih sayang orang lain (udah diisi tapi tanki-nya bochor), atau memang tidak pernah ada yang mengisi. Itu berbeda. Namun efeknya bisa sama, yaitu keduanya juga akan enggan untuk berbagi dengan tanki-tanki lainnya. Dia akan terus berusaha memenuhi tanki nya sendiri.
Sementara tanki yang sudah terisi, bisa saja mungkin pemilik tanki itu adalah orang yang love-able, sehingga hidupnya dikelilingi oleh banyak orang yang menyayanginya, atau dia memang pribadi optimis yang selalu berpikir positif sehingga membantu pemenuhan tanki itu sendiri karena dia percaya bahwa dia adalah pribadi yang diterima, dicintai, dan dihargai. Orang-orang beruntung seperti ini cenderung akan mau membagikan isi tankinya untuk yang lain. Mereka tidak akan pernah takut kekuarangan.
Sisi unik kebahagiaan kemudian juga berbanding lurus dengan keberadaan hal-hal dan orang-orang yang bisa membahagiakan. Lalu berarti kebahagiaan itu adalah sesuatu bersyarat. BIG NO i think! Percayalah, kebahagiaan itu tak bersyarat, cuma-cuma, dan bisa diciptakan. Kebahagiaan yang dikonstruksikan karena kepemilikan benda tertentu, atau pacar tertentu (hahaha), adalah kebahagiaan sempit dan terbatas. Ketika kebahagiaan dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, maka kita sedang menghambat kebahagiaan itu sendiri. Bahagia itu bebas, men~ ! Kebahagiaan itu independen. Kebahagiaan bisa diciptakan. Trust me (it works)! 
Kebahagiaan bisa dimiliki oleh siapa saja dan dalam keadaan apapun. Terlebih lagi kebahagiaan itu pastilah dimiliki oleh makhluk yang tahu bersyukur dalam hidup. Memang ada banyak hal di muka ini yang selalu bisa menjadi alasan orang galau, stress, dan nggak bahagia. Mulai dari ortu otoriter yang ngeselin, dosen rese yang doyan ngasih tugas tapi pelit nilai, temen-temen yang nggak pernah peduli, pacar yang ego-nya gedhe (bahkan nggak punya pacar), lingkungan sekitar yang sama sekali nggak ramah lingkungan (halahhh!), dan masih banyak lagi alasan lain yang bisa dimasukin daftar pemicu umur pendek karena ketidakbahagiaan. HELLO~ itu bahagia kuno, coy~! Cobalah upgrade pemahaman bahagia yang udah usang itu. Gimanapun kondisinya, setiap orang masih mungkin bahagia. Ya, kalimat ini mungkin terlalu idealis. Tapi cobalah lihat dari sisi lain yang bersebrangan buat menciptakan judgement terhadap kondisi :D
Misal :
seorang jomblo akan berpendapat bahwa mereka yang bukan kasta jomblo adalah orang-orang yang bahagia karena punya tempat berbagi, punya temen cerita yang pasti, punya temen makan, punya temen ketawa, punya temen buat barengan kemana-mana. Well, seolah-olah jomblo adalah kasta ternista di kolong langit ini yang diemban oleh mereka yang tidak atau belum beruntung dalam hidup.
Tapi taukah bahwa kemudian orang yang sudah in relationship pun tak kalah sering kagum, terpesona dan iri pada kaum jomblo (Terutama mereka yang ternyata nggak bahagia sama relationshipnya #ehhh). Mereka (para jomblo dan jombli) dipandang sebagai individu yang bebas, merdeka, nggak perlu sering nangis darah dibikin cemburu, diposesif-in, nggak perlu banyak ngeluarin duit buat sekedar nongkrong dan makan bareng, nggak perlu ngerjain tugas di waktu2 sisa sesudah jam kencan, yang pasti nggak banyak mikir ini itu soal pasangannya.
Haahahaha, tak dapat dipungkiri bahwa hidup memang proses saling melihat satu dengan yang lain, masalah relasi dan permusuhan, itu hanya proses setelahnya :D
Nah, dari permisalan sederhana di atas, maka sebenernya baik jomblo dan non-jomblo adalah pihak yang sama2 punya potensi bahagia. Karena kabar baiknya, as i write before, bahagia itu bisa diciptakan! Sederhananya, cari aja sisi menyenangkan dari setipa kondisi, kalo masih nggak ketemu juga,wait~ jangan kemudian buru2 nge-judge kalo kamu memang tidak bahagia, tapi mungkin memang kamu yang nggak pengen bahagia :)
Dengan kata lain, orang yang punya pacar, ya syukurilah keberadaan dia yang sudah Tuhan percayakan. Yang jomblo, ya syukurilah bahwa kamu punya kebebasan lebih untuk diri sendiri dan lihat sekelilingmu, tempat berbagi itu bukan cuma mereka yang dijelaskan dengan kata "pacar". Ada banyak tempat untuk menyalurkan kasih sayang kok :)
Yang punya dosen rese dan ortu otoriter, bahagialah juga, karena memang kalo kata Ahmad Dhani "Aoa itu hidup bila tidak ada masalah-masalah", hahahaha ;) Mereka adalah pihak yang dikirim untuk menempamu jadi lebih baik dan mantap untuk menghadapi gempuran hidup yang jauh lebih besar di luar sana.
Yang punya temen-temen cuek, itu artinya kamu sedang harus belajar untuk lebih peka dan ditantang buat jadi orang yang gigih memberi meski tidak menerima. Orang-orang macam ini biasanya adalah mereka yang sedang Tuhan tempatkan di masa-masa menabung kebahagiaan :D

Ohya, dan sekedar tips sederhana (yang konyol) untuk menjadi seorang jomblo yang aware sama hak kebahagiaannya, bahwa lebih baik jomblo tapi banyak temen (bahkan fans), daripada punya pacar dan itu cuma satu, sayangnya lagi itu pacar lebih banyak narik usus daripada narik urat senyum di wajah :D (semoga ini bukan pandangan yang menyesatkan dan mendoktrinasi mentah-mentah. hahaha). Pilihan ada di tangan setiap kita, bahagia itu bisa diciptakan, sifatnya gratis dan fleksibel, dia ada dimana-mana. Tinggal kepekaan kita aja untuk sadar akan keberadaannya atas hidup kita. Bahagia bertebaran dimana2. Tangkap, yaaa, setelah itu jangan lupa dibagiin. Nggak ada ceritanya orang murah hati itu akan berkekurangan kok. Share that free happiness for more free happiness! ;)




Senin, 15 April 2013

Ora et Labora

Hahaha rasanya udah kek ritual aja ya menggalau di malam hari, pas lagi di medan tempur melawan assignments kingdom ini pula. What a life!
Tugas membandel tiada habisnya. Jadi walaupun udah fighting sampe titik mental penghabisan, rasanya tetep kayak belum ngapai2in. Hahaha *cakar dosen*
Oke. Semangat. :)
Ngomong-ngomong soal semangat, aku jadi keinget sama masa kecilku dulu. Ya, meskipun lebih banyakan malu-maluinnya ketimbang kenangan sikap manis yang patut diingat, tapi aku bersyukur punya masa kecil yang... unik. Haha
Masih inget sama trik legendaris dari papa mama tiap aku pengen punya sesuatu, mereka pasti selalu tanya, "Emang mbak udah minta sama Tuhan?" Hahaha, sampe pernah waktu itu aku bilang, "Mama, aku bosen udah berdoa minta HP xxx (SENSOR!) nggak dikasih2 sama Tuhan". Nggak lama setelah aku ngajuin komplain durhaka macam itu, beberapa hari kemudian mama sama papa beliin itu HP. Manis!
Tapi kemudian, semakin kesini, aku semakin menyadari bahwa mereka mendidikku dengan cara yang begitu luar biasa hebat. Mereka pengen aku tau kalo semua yang terjadi dalam hidupku, cita2, mimpi dan pengharapanku, nggak ada satupun yang luput dari rencana dan acc dari Tuhan. Dan sekedar curcol aja, di masa kecilku, aku juga jadi matre sama Tuhan sejak aku tau dari mama kalo Tuhan tidak akan pernah mengecewakan anak-anakNya (yang mengasihiNya). Aku jadi nggak punya sungkan minta ini itu. hahaha
Tapi kemudian mereka juga mengajarkanku bahwa Tuhan hanya akan memberi apa yang terbaik buat anakNya. Aku belajar dari kejadian pas aku ngotot pengen belajar naik (BACA: mengendarai) motor, sementara aku sebenernya nggak pernah punya niatan buat akrab sama motor karena takut jatuh! Kayaknya aku besar di tengah2 era banyak kejadian kecelakaan yang bikin ngeri. Oke, walhasil pas aku maksain ngendarain motor (dengan hanya berbekal latian 3 kali puter lapangan super mulus bebas hambatan), aku jatuh di jalanan sekitar rumah. Nggak tahu kenapa, aku nggak pengen nyalahin siapa2, aku jadi tahu kalo itu salahku sendiri (yaiyalahhh!). Meskipun aku ngotot dan (ke)PEDE(an) karena awalnya yakin Tuhan bakal kasih aku kemampuan buat bisa mengendarai motor tanpa perlu ribet latihan muterin daratan berbatu. Faktanya, aku jatuh juga. Pertama, aku melangkah dengan iman tanpa perbuatan. Aku berani tapi aku nggak mau latian serius dan niat. Wajar kalo aku jatuh. Nah, dari situ juga aku inget kalo aku mulai kenal sama yang namanya "yakin bisa". Dua kata itu seolah pasal wajib yang ngeyakinin aku atas sinkronisasi antara usaha dan persetujuan dari Tuhan. Karena udah klise banget kalo manusia itu udah usaha, tapi masih bisa gagal, ya bisa aja karena faktor acc Tuhan diabaikan. Sebaliknya juga. Meskipun persetujuan kehendak Tuhan itu sifatnya mutlak dan bisa diberikan tanpa syarat, tapi ya tetep aja namanya tebel muka kalo pengen nerima berkat dan anugerah tapi nggak mau usaha. Ibaratnya, besok ada ujian, trus malem ini tidur dengan beriman bahwa "yaudah, serahkan semua sama Tuhan" atau bahasa gombalnya ke Tuhan gini kira2, "Tuhan kan baik, pasti Dia menolong. Aku berserah. Good night". hahaha iyasih, mungkin2 aja kalo Tuhan memang kasih nilai A+ untuk ujian itu. Bukannya nggak mungkin karena memang anugerah Tuhan itu cuma-cuma dan unlimited bebas xplore, tapi gimana ceritanya kalo tanpa usaha masih punya muka buat bilang "yaudah, serahin semuanya ke Tuhan".
Hell-ooo, apa yang mau diserahin kalo usahanya aja nggak ada! hahaha
Bukannya nggak percaya kalo Tuhan sanggup beri anugerah gratisss tiss tiss sih, toh di dunia ini juga masih ada kata yang terdiri dari susunan huruf m, u, j, i, z, a, dan t, kok. Mujizat masih eksis di dunia ini, dan itu gratis. Tapi ya kira-kira, tau dirilah :) Semakin dewasa seseorang, dia akan semakin tau kalo dia bukan lagi entitas yang cuma bisa minta, trus komplain dan ngambek ketika nggak dikasih. Semakin bertumbuh pemahaman seseorang tentang dunia, dia akan peka bahwa untuk mendapatkan sesuatu dalam hidup membutuhkan usaha. Terlepas dari kehendak Tuhan sebagai acc tertinggi dalam setiap kejadian hidup manusia, tetep harus ada usaha yang dilakukan. Kenapa cuma pasrah dan berserah selagi masih bisa usaha? Kalopun itu memang 'jatah' kita, nggak ada salahnya kalo kita juga berusaha meskipun tanpa berusaha juga bakalan tetep jadi milik kita.
Ora et Labora itu indah coy~ SEMANGAT YAA!! :3




Jumat, 12 April 2013

MEMELUK SURYA, MEMELUK BULAN, SemMas :)

Ada banyak hal di dalam hidup yang tidak bisa dimengerti. Terlalu banyak hal absurd berkeliaran di luar dan dalam diri manusia itu sendiri. Tak disangkal, aku sendiri seperti salah satu dari ribu jutaan objek dan subjek absurd itu, mungkin. :D
Ada banyak hal yang ingin dimengerti, tapi tak bisa dimengerti atau tak boleh dimengerti, atau telah dimengerti meskipun sebenarnya tak boleh dimengerti.
Hahaha, hidup begitu rumit bukan?
Hidup memang tak berbeda khayalnya dengan ketika manusia harus bisa memeluk surya dan memeluk bulan. Ada banyak hal yang harus dikejar untuk terdengar hebat di sepasang telinga insan lain. Di antara banyak hal tersebut, tidak sedikit yang seringkali tak masuk akal. Memang pasti terdengar hebat ketika seseorang bisa memeluk awan dan menemui mimpi. Haha, tapi tentu juga terdengar terlalu aneh untuk digaunggemakan di setiap gendang telinga yang mendengar. Faktanya, keduanya hanya bisa dijumpai di dunia Tinkerbell. Jangan tanya kenapa, apa, dan bagaimana, karena hingga deretan huruf ini, saya tidak tahu apa yang sebenarnya ingin saya tuangkan. Yang pasti ini muncul dari kegalauan kejutan untuk presentasi pada hari Senin minggu depan.
Perkenalkan, namanya Semmas :)
Aiih, namanya Semmas, "seminar masalah", dari namanya pun saya tidak menyalahkan jika kemudian mata kuliah ini adalah tekanan terbesar untuk semester ini. Entah karena namanya yang memang sudah bermasalah sehingga pelajar mata kuliah ini bermasalah, atau karena ketika mempelajarinya orang kemudian menjadi bermasalah, hingga kemudian diberi nama mata kuliah "seminar masalah". Ah, entahlah dan terserah, yang pasti saya pusing. Inilah rasanya ketika harus memeluk surya di malam hari dan memeluk bulan di siang hari. Oh, tidak, saya yang lebay, mungkin presentasi ini tak se-utopis itu. Presentasi ini nyata. Tak beda dengan memeluk surya di siang hari. Terdengar lebih logis dengan tingkat kemungkinan yang lebih besar, tapi TETAP saja sulit. Hahaha. Inilah salah satu dampak laten dari fakta : Ketika takdir tak bisa dimengerti, Ketika ternyata semmas tak puas hanya dengan membuatku tidak bisa menikmati tidur hingga ayam berkokok, Ketika dari puluhan orang yang ada di dalam kelas ternyata namaku ada di salah satu dari 3 orang yang harus presentasi pertama. Terimakasih, Semmas Sayang :)
Tapi teramat besar terimakasih, Tuhan. Karena tidak ada sesuatu yang terjadi di luar rencanaMu. Terimakasih untuk setiap kejutan dalam hidup yang indah dan kadang (atau bahkan sering) tak bisa kupahami ini. Terlepas dari semua itu, terimakasih sudah memberikan aku kesempatan untuk belajar dari berbagai cara,  untuk mengerti bahwa :
"Tidak perlu menyesali setiap apa yang terjadi, bahkan seolah pilihan terburuk pun selalu adalah yang terbaik bagi kita.  Karena cepat atau lambat, manusia akan mengerti bahwa pilihan yang seolah terburuk pun adalah selalu yang terbaik baginya."
Life is precious. *dubber : BCL*
So, live your life by love and laugh lively. Cheers, *kemudian memeluk surya (kardus rokoknya) dan memeluk bulan(kalender)*. Yaaayyy, impossible is nothin!