Minggu, 28 April 2013

"IF ONLY"

"If Only"

Kedengerannya nyesel ya? Iya. :’)

Kadang aku nggak habis pikir sama hidup ini. Setauku ini semua hanya seperti siklus yang melelahkan. Setauku juga, di dalam siklus itu juga aku selalu bekutat pada lingkaran yang salah untuk punya perasaan bodoh semacam ini. Tergila-gila pada orang yang entah kenapa, bisa dikatakan salah atau lebih tepatnya ‘tidak seharusnya’! Aku punya segudang teman lucu, baik, bodoh, pintar, suka berdebat, suka olahraga, kritis, jorok, kasar, pelit, cool, perhatian dan seiman. Tapi kenapa dari sekian banyak kategori, seandainya aku memilih, tidak ada seorangpun yang bisa membuat aku segila ini?! Justru kegilaan itu sumbernya dari kamu! Iya, kamu, Triton, Putra Poseidon, kakak tingkat yang hanya karena ia mengangkat tangan untuk melontarkan pertanyaan dalam sebuah diskusi sekolah diplomat- langsung mencuri perhatian, dan manusia yang belum ada sebulan ini aku berhasil mendapatkan pin BBnya.

Aku tidak tahu kesalahan ada di pihak mana dan bersumber dari siapa. Atau bahkan aku tidak tahu apakah ini benar bisa dikatakan sebagai sebuah kesalahan atau bukan. Yang aku tahu, akhir-akhir ini - seolah semesta memberikan jalan untuk ‘perhatian’ yang pernah tersita tahun 2011 lalu, untuk kembali muncul ke permukaan, dan kembali tersita tentunya!
Kamu memang sebenarnya tidak perlu tau betapa gilanya aku setiap hari, yang ingin selalu tau apa yang kamu lakukan, bagaimana harimu, apa saja yang kamu alami. Kemudian aku harus mencukupkan diri hanya dengan melongok timeline twittermu. Atau kemudian jika aku berani mengabaikan tantangan sakit perut dan pusing mendadak, aku memberanikan untuk memulai obrolan di BBM. Ini harus selalu ditebus dengan gelisah tak terjelaskan, antara takut dan senang. Aku senang karena aku bisa menikmati setiap cerita yang kamu bagikan. Dan aku selalu takut dari usainya semua itu. Bagaimanapun aku harus tahu diri. J
Tentu kamu juga tidak pernah tahu bahwa di sisi lain aku selalu menyesal dan membenci diriku sendiri. Kenapa aku harus melonjak senang ketika kamu membalas BBM, tapi juga kemudian gusar karena aku selalu mengawali semua obrolah kita. (Seingatku hanya ada satu topik dimana kamu memulai lebih dulu – tentang nama – dan betapa semakin gila aku setelahnya!) Yayaya, apalagi jika bukan ‘aku harus tau diri’ dan ‘siape gue siape lo’. Setidaknya 2 kalimat itu yang selalu mengkompensasi kegusaran untuk rasa lelah menjadi pihak yang seolah harus mengejar. Maaf, aku tidak pernah bermaksud mengejar. Aku hanya ingin tau banyak tentangmu. Konyol? Memang.

Tentunya kamu juga tidak tau bahwa hingga detik aku mengetik huruf-huruf ini, aku sangat senang karena sudah memiliki 48 foto Triton. Fotomu. Foto yang terakhir aku simpan ‘diam-diam’ (jika tidak ingin dikatakan mencuri), mungkin foto yang diambil di waterboom. Ya, hari ini kamu menikmati water day, kan? Hahaha. Seharian ini juga aku terus mengintip Recent Updates di BBM. Berharap bisa menemukanmu membuat status atau sekedar mengganti display picture.

Untuk mengalihkan perhatian karena gilaku atas candu perasaan ini, hari ini aku juga mengontak semua teman-teman facebook, twitter, dan BBM. Untuk apa?  Tentu saja untuk bertanya pada mereka, satu-persatu dengan mengirimkan pesan yang sama;
“Pagi, (A / B/ C/ Beli/ Mbok), boleh nanya dong, tau tempat jual leg rope second (yang bagus tapi harga bersahabat) di sekitar Badung, nggak? Please infonya ya kalo tau. Makasih :D”
Malam sebelumnya, aku membuat broadcast message yang dengan hati-hati aku kirim ke setiap kontak BBM yang telah aku pilah, untuk memastikan bukan kamu atau orang yang berpotensi membaca status twittermu tentang leg rope Triton. Belum cukup disitu, entah dimana ujungnya, yang jelas aku juga merasa konyol ketika kemudian aku mulai mencari informasi di internet. Aku menemukan salah satu website yang menjual leg rope dengan diskon yang sangat besar, meskipun itu bukan Rip Curl seperti yang awalnya kamu buru. Tapi menurutku, setidaknya ini lebih baik daripada kamu harus membeli secondhand stuff. Dan konyolnya lagi, tiba-tiba aku ngeri ketika membayangkan kamu salah membeli leg rope yang justru kemudian membahayakanmu. Pada akhirnya aku ragu untuk menunjukkan hasil pencarianku hari ini untuk Tritonmu.

Damn, i hate to be like this. I do hate these madness thogh I always enjoy every stupidity that i did from those madness.
Kamu. Rasanya tidak mungkin, dan rasanya tidak seharusnya aku seperti ini. Aku berharap bisa mundur perlahan (atau secepatnya) atas perasaan ini ketika aku berpikir bahwa kamu masih mencintai dia. The last girl you date. Atau, kamu masih punya kenangan tidak mengenakkan tentang dia dan hubungan kalian. Aku dengar kalian sudah putus. Tapi sepertinya kamu masih menyimpan banyak hal dari hubungan kalian. Aku tidak tau ini insting, intuisi, atau ngawurising dan sotoyisi. Tapi ini hasil kesimpulanku dari pengamatan rutin pada timeline twittermu. Asal tau saja, aku berharap semua ini salah. :’) Secara implisit kamu menulis status yang tentu masih berbau isi hatimu atas dia, pacarmu entah mantan pacarmu. Aku berani menyimpulkan pengalaman tidak mengenakkan itu juga dari kesarkasanmu yang tersirat pada status twitter yang menunjukkan tuduhan negatif untuk istri masa depanmu. Kalimat :
“Wondering...Kalo aku ntar pas udah nikah trus mati, kecelakaan gitu, istriku bakal gimana ya...”
KEMUDIAN...
“Paling ketawa ngakak terus nyari suami baru...*snort”
Keduanya seolah sama-sama menyiratkan ketidakpercayaanmu pada keberadaan kasih tulus yang akan dianugerahkan buatmu kelak. Ironis! Entah bodoh atau konyol. Mana ada seorang istri ditinggal mati suaminya dan kemudian melakukan hal setidakmanusiawi itu. Seandainya aku punya kapasitas untuk mengingatkanmu bahwa ketika kamu disakiti oleh seseorang, bukan berarti semua makhluk yang hidup di muka bumi ini dan disebut orang, akan menyakitimu. Tapi aku sendiri merasa berpotensi mendapat efek mirror image jika seandainya aku benar bisa mengatakan itu padamu. Faktanya aku pernah berada di posisi itu.
Intinya, aku tidak tau darimana semua kegilaan, kekonyolan, dan keanehan ini berasal, dan bagaimana serta kapan aku harus mengakhirinya. Yang pasti aku bersyukur meskipun semua rasa berharga ini harus disimpan dalam gema kesunyian :’)

Yang pasti juga, aku tidak berharap lagu sialan ini benar-benar terjadi di hidupku!


 I thought it wasn't wrong, To hide from you, Simple truth.

I was scared, I felt it all along, But it hurt to much for me, to share.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to. If Only I, could change your mind,
If Only I had known, If Only I had you...

Finally understand, Why things have happened, And how it all could go so wrong.
Will this pain ever end? 'cause I don't think I can carry on.

If Only I, had been less blind. I'd have someone to hold on to.
If Only I, could have spoke my mind, If Only it were true, We could start brand-new
I know I'll make it through
If Only I had you
If Only I had you
If Only I had you

"IF ONLY"....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar